Ketika dikonfirmasi, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa mereka sudah beroperasi 24 jam sejak 19 Maret 2024.
Namun ketika BBC News Indonesia mencoba menghubungi saluran tersebut pada Kamis (04/04) pukul 00.05 WIB, respons yang didapat adalah operator sedang sibuk melayani. Pada percobaan kedua, sambungan teleponnya langsung terputus.
Padahal menurut studi yang dilakukan Sandersan Onie, peneliti kesehatan mental dari Black Dog Institute—lembaga non-profit yang didedikasikan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit mental—kebanyakan orang mencari pertolongan di atas pukul 12 malam.
Kepala Tim Kerja National Command Center dan Public Safety Center 119 Kementerian Kesehatan, Hadijah Pandita, mengatakan bahwa pemerintah “berusaha memberi perhatian pada pelayanan kesehatan jiwa ini dengan konsultasi 24 jam melibatkan psikolog dan psikiater”.
“Kalau dikatakan ini belum cukup membantu, itu kami perlu evaluasi lebih lanjut. Apakah mungkin sosialisasi nomor ini perlu lebih masif dilakukan, kemudian akses masyarakat yang mungkin belum mengetahui terkait ini, atau terkait jaringannya,” kata Dita.
Sejauh ini, Dita mengatakan jumlah telepon yang masuk ke layanan 119 ext 8 mencapai lebih dari 1.000. Tetapi sekitar 50% di antaranya adalah “prank call” atau sekadar coba-coba.
Sepanjang 2021, Dita mengatakan lebih dari 212.000 telepon masuk. Lalu pada 2022 ada 114.000 telepon masuk. Sementara jumlah operator yang bertugas ada sekitar delapan hingga 10 orang per sif kerja. Dalam sehari, terdapat tiga sif kerja.
Dia mengakui bahwa mereka cukup kewalahan menghadapi banyaknya penelepon ini.