Ancaman Bunuh Diri Gara-gara Mental Health, Gen Z Ingin Adanya Layanan Konsultasi Online

Senin 06-05-2024,09:57 WIB
Reporter : Anggik Juliannur Nugroho

Namun ketika mereka menghubungi saluran ini, tanpa sadar mereka berupaya mencari pertolongan. Orang-orang ini, kata Ani, bukan ingin mengakhiri hidupnya, tetapi ingin mengakhiri rasa sakitnya.

 

Oleh sebab itu, kesadaran mereka untuk mau mencari pertolongan adalah langkah awal yang baik dan perlu disambut oleh ketersediaan saluran yang aman, tempat mereka bisa bercerita dengan leluasa tanpa khawatir dihakimi dan distigma.

 

“Inilah yang kami sediakan. Ini adalah ruang aman untuk siapa saja, sifatnya inklusif, dan terjaga kerahasiaannya,” tutur Ani.

 

Grafik tingkat bunuh diri di Indonesia

Sayangnya, Ani mengatakan layanan yang mereka bisa berikan masih terbatas. Sejauh ini, mereka hanya bisa memberi bantuan secara daring.

 

“Kami tidak menjangkau orang secara fisik, protokol kami hanya menjadi pendengar yang baik. Jika mereka memerlukan [jangkauan fisik], di website BISA Helpline kami punya informasi dan layanan terkait pertolongan pertama,” jelas Ani.

 

Itu karena keterbatasan anggaran, sumber daya, dan wewenang yang mereka miliki. Operator mereka adalah relawan yang juga memiliki pekerjaan lain.

 

Bagaimana pun, BISA Helpline bukanlah produk kebijakan pemerintah. Sejak awal, mereka hadir untuk mengisi minimnya ruang aman yang dapat diakses oleh orang-orang yang berpikiran untuk bunuh diri.

 

Menurut Lulu dari Into The Light, keterbatasan dana dan sumber daya itulah yang membuat inisiatif LSM untuk menyediakan saluran pencegahan diri sulit bertahan. Banyak dari mereka bertahan dengan donasi sukarelawan yang tidak tetap.

Kategori :