“Yang menghubungi kami sampai 10.000 orang dalam satu hari, sampai ponselnya hang. Operator kami kewalahan, smartphone-nya sampai tidak bisa digunakan. Akhirnya layanan dihentikan sementara,” kata Ani Yulinda kepada BBC News Indonesia.
Menurut Ani, layanan itu sebenarnya ditujukan untuk masyarakat di Bali. Tetapi ternyata banyak pula yang mengakses dari berbagai daerah lain di Indonesia.
Pada titik itu, Ani mengatakan mereka menyadari banyak yang membutuhkan saluran pencegahan bunuh diri.
“Di luar sana kebutuhannya sangat tinggi, apalagi masalah kesehatan mental itu masih menjadi stigma. Apalagi bagi teman-teman yang masih kesulitan dan merasa kemana harus minta bantuan?” ujar Ani.
“Kalau mau ke profesional, salah satu kendalanya adalah keterbatasan dana. Jadi mereka paling tidak perlu layanan yang ada pada saat mereka mengalami krisis, mereka tahu harus ke mana.”
Layanan itu kemudian baru dibuka kembali pada Juni 2023 dengan nama BISA Helpline. Mereka kini memiliki 43 relawan operator yang dilatih untuk menghadapi orang-orang yang mengalami krisis.
Ani mengatakan rata-rata ada 300 hingga 500 pesan singkat yang mereka terima per minggu melalui fitur Whatsapp.
Beberapa di antaranya ada yang menyatakan siap untuk mengakhiri hidupnya, bahkan sudah menyakiti diri sendiri.