“Untuk sekarang sudah kami aktifkan kembali. Kemarin mungkin ada masalah jaringan, ada masalah SDM dan sebagainya, kemudian saat ini itu cukup bisa diakses seharusnya karena penjadwalan kali sudah semakin rapi, ada psikolog klinis yang terjadwal, dan juga psikiater yang bisa dihubungkan ketika seseorang itu membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih spesialistik,” papar Vensya.
“Tentu kami sangat paham bagaimana sebuah jaringan komunikasi itu kalau dihubungi sangat banyak faktor yang menyebabkan itu tidak terhubung.”
“Tapi saat ini kami sangat yakin sekian banyak penelepon itu bisa disambungkan dan dikomunikasikan, dan berharap itu bisa tertangani permasalahan kesehatan jiwanya,” sambungnya.
Ke depan, Vensya mengatakan pemerintah berencana mengintegrasikan layanan SEJIWA dengan layanan penopang lainnya untuk bisa menangani masalah kesehatan jiwa.
Semua rumah sakit akan dipersiapkan untuk hal ini.
“ID penelepon, pencari bantuan bisa kita ketahui keberadaannya di mana, bisa terfasilitasi dan tertolong untuk kondisi kesehatan jiwanya, tentunya harus bisa dihubungkan dengan fasilitas pelayanan yang ada di daerah si penelepon,” ujar Vensya.
Untuk masalah kedaruratan, Kementerian Kesehatan juga menggagas kerja sama dengan Pemadam Kebakaran (Damkar) hingga Basarnas.
“Saat ini kami sedang dalam tahap membuat MoU dengan pihak-pihak yang potensial untuk bisa membantu jika itu diperlukan,” kata dia.