Produsen AstraZeneca Mengakui Adanya Efek Samping TTS/VIT Tersembunyi, Kemenkes Klaim Tak Ada Laporan Keluhan

Jumat 03-05-2024,12:36 WIB
Reporter : Anggik Juliannur Nugroho
Editor : Adhitya Pangestu Putra, S. Si

 

Berdasarkan hasil uji klinis dan informasi dari lapangan, vaksin AstraZeneca-Oxford terus menunjukkan tingkat keamanan yang dapat diterima, dan badan regulator di berbagai negara secara konsisten menyatakan bahwa manfaat vaksin ini jauh lebih besar daripada risiko efek samping yang sangat jarang terjadi.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dalam bulan Juni 2022 bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif bagi individu yang berusia 18 tahun ke atas. Pada tanggal 7 April 2021, Komite Gabungan Vaksinasi dan Imunisasi merekomendasikan bahwa orang dewasa di bawah usia 30 tahun diberikan opsi lain selain vaksin AstraZeneca karena adanya laporan tentang kasus pembekuan darah yang sangat jarang terjadi pada sejumlah kecil orang.

 

AstraZeneca juga mengumumkan bahwa mereka telah menyarankan perubahan pada petunjuk medis yang tertera di kemasan vaksin mereka sesuai dengan hal tersebut. Pada 7 Mei 2021, rekomendasi medis tersebut direvisi untuk berlaku bagi orang dewasa yang berusia di bawah 40 tahun.

 

Perusahaan menyatakan bahwa hingga saat ini, lebih dari 30 gugatan perdata di seluruh dunia telah ditarik, diabaikan, atau berakhir dengan keputusan yang menguntungkan bagi AstraZeneca.

 

Menurut Hinky Hindra Irawan Satari dari Komisi Penanggulangan Kekhawatiran Imunisasi (Komnas PP KIPI), tidak terdapat insiden yang berkaitan dengan keselamatan vaksin AstraZeneca setelah diberikan di Indonesia. Hinky menyatakan dalam keterangan tertulis pada Kamis (02/05) bahwa meskipun kami melakukan surveilans aktif yang diperpanjang, tidak ada kasus trombositopenia trombotik setelah vaksinasi AstraZeneca.

 

Dia melanjutkan bahwa saat itu mereka tidak menemukan kasus sindrom trombositopenia trombotik terkait vaksin Covid. Jika saat ini terdapat kasus TTS di Indonesia, hal itu tidak mungkin disebabkan oleh vaksin Covid-19 karena sudah terlalu lama sejak vaksinasi dilakukan.

 

Jika saat ini terjadi, kemungkinan besar disebabkan oleh hal lain, bukan disebabkan oleh vaksin.

 

Kejadian ini jarang terjadi dan dapat dipengaruhi oleh faktor etnis dan genetika. Belum ada laporan yang menyebutkan tentang TTS ini di Indonesia," katanya.

Kategori :