PONTIANAKINFO.DISWAY.ID - Ucapan Presiden Joko Widodo mengenai kebolehan seorang Presiden dalam berkampanye dan bersikap memihak telah menciptakan getaran politik yang signifikan.
BACA JUGA:Anies Menggebrak di Padang, Optimisme Melejit, Gagasan Perubahan Semakin Menguat!
Di tengah gempuran kampanye Pemilu 2024, Jokowi secara mengejutkan menyatakan bahwa seorang Presiden dapat terlibat dalam kampanye dan menunjukkan dukungan kepada salah satu kandidat.
Meskipun Jokowi menegaskan bahwa kegiatan tersebut tidak boleh menggunakan fasilitas negara, pernyataannya menuai beragam tanggapan.
Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, menanggapi dengan tenang, meyakini bahwa masyarakat akan mampu menilai sendiri implikasi dari pernyataan Jokowi.
Anies, eks Gubernur DKI Jakarta, menyatakan bahwa publik akan mencerna dan mengevaluasi pandangan tersebut.
BACA JUGA:Anies Baswedan Ungkap Kriteria Menteri, Kompetensi, Relevansi, dan Integritas Jadi Poin Utama
Ia mengungkapkan keheranannya terkait perubahan sikap Jokowi yang awalnya dianggap netral, namun semakin jelas menunjukkan keberpihakan.
Perhatian terfokus pada putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Jokowi, dalam kunjungannya di Surakarta dan Sragen, turut serta dalam pembagian bantuan sosial bersama istrinya, Iriana Jokowi, yang dinilai oleh beberapa pihak sebagai bentuk kampanye terang-terangan.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, menyampaikan pandangan bahwa pernyataan Jokowi mencerminkan tanda kepanikan.
BACA JUGA:Menggebrak Pemilu 2024, Bawaslu Goyang Netralitas ASN dengan Kekuatan Penuh!
Dalam konteks perubahan dinamika politik, Jazilul memandang perlunya kesadaran kolektif untuk mengawasi dan melindungi demokrasi dari potensi kecurangan.
Keberpihakan presiden, menurut Jazilul, dapat menimbulkan sensitivitas dalam pandangan masyarakat.
Spekulasi pun muncul mengenai keinginan Presiden untuk melanjutkan kekuasaannya secara tidak langsung.