PONTIANAKINFO.DISWAY.ID - Melawi Berlari Dari sejarah ? Bagai mana tidak, Kabupaten Melawi dengan ibu kotanya berada di Nanga Pinoh Itu, memiliki luas wilayah 10.644 km² dan memiliki topografi yang sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 8.818,70 km² atau 82,85 % dari luas wilayah.
dengan Wilayah yang seluas itu, tentunya Banyak Peninggalan Sejarah, Tapi sanggat di sayangkan, dengan Banyaknya Peninggalan Bersejarah Hingga Tempat-tempat yang Seharusnya menjadi Ikon Penting, Sebagai Pengingat Perjuangan Tokoh-tokoh sejarah Pada masal lampau, Kini Sangat di sayangkan banyak yang Terbengkalai.(05/06/24).
Salah satunya Tempat yang sangat Bernilai penting, yaitu (Tangsi Belanda) tempat ini pernah menjadi rumah penjara bagi Pahlawan Nasional Raden Tumenggung Setia Pahlawan (1771 – 1875).
Seperti yang dikutip: PONTIANAKINFO.DISWAY.ID
Dari laman: KEBUDAYAAN.KEMDIKBUD.GO.ID
Raden Tumenggung Setia Pahlawan
Beliau adalah salah satu pahlawan lokal dari Melawi yang melakukan pemberontakan kepada pemerintah kolonial Hinda-Belanda pada tahun 1868 – 1875. Untuk meredam pemberontakannya tersebut, pemerintah kolonial Hindia-Belanda melakukan Agresi Militer kepada pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Tumenggung Setia Pahlawan dengan mendirikan tangsi militer (Tangsi Belanda) di Nanga Pinoh.
Beliau ditangkap kemudian ditahan di Penjara Saka Dua atau yang sekarang disebut dengan Tangsi Belanda. Gelar pahlawan nasional Raden Tumenggung Setia Pahlawan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 114/TK/Tahun 1999 tanggal 13 Oktober 1999.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan dan setelah kemerdekaan, Tangsi Belanda berhasil direbut oleh Tentara Republik Indonesia dan menjadi markas bagi TNI pada masa Kodam VI/Mulawarman di bawah Korem 121/ABW (Alambhana Wanawai) yang berkedudukan di Sintang.
Menurut keterangan mantan tentara sampai sekarang masih tinggal di sebuah barak di Tangsi Belanda, kepemilikan dan pengelolaan oleh Korem 121/ABW sampai pertengahan tahun 1990-an. Kemudian kepemilikan dan pengelolaan selanjutnya diserahkan kepada Koramil Nanga Pinoh. Pada masa pengelolaan oleh Koramil Nanga Pinoh ini, bangunan Tangsi Belanda banyak dimanfaatkan sebagai kantor, rumah penjara, rumah dinas perwira, hingga rumah dinas prajurit.
Selanjutnya saat Koramil Nanga Pinoh mendirikan bangunan baru untuk perluasan wilayah kemiliteran, bangunan Tangsi Belanda mulai benar-benar ditinggalkan dan hanya dimanfaatkan satu bangunan sebagai sebuah asrama tempat tinggal pensiunan TNI.
Arsitektur bangunan pada Tangsi Belanda Melawi menunjukkan ciri bangunan tradisional yang mendapat pengaruh Eropa. Ciri bangunan tradisional terlihat pada penerapan bentuk rumah panggung, dengan bagian pondasi yang ditinggikan dengan cor beton (bukan kayu seperti rumah tradisional).
Gaya bangunan Eropa nampak pada pondasi yang di cor beton, dinding bangunan yang menggunakan kawat streaming yang dicor beton/diplester, bagian atap bangunan yang dibuat tinggi dengan ventilasi yang tinggi dan cukup terbuka lebar. Atap bangunan berbentuk pelana berbahan seng dengan penambahan atap lengkung pada bagian puncaknya sebagai ventilasi atap.
Bangunan Tangsi Belanda Melawi merupakan sebuah komplek yang diperkirakan terdiri dari 8 buah bangunan serta beberapa bangunan tambahan. Namun saat ini hanya beberapa bangunan saja yang masih dapat diamati dikarenakan berbagai faktor.
Ada bangunan yang telah roboh karena mengalami pelapukan dan pertumbuhan tanaman, ada pula bangunan yang sama sekali hilang tidak tersisa karena pengambilan bahan bangunan seperti balok kayu dan papan lantai yang berbahan dari kayu ulin.