BMKG Peringatkan Heatwave Masih Menerpa, Petani di NTT Mengeluhkan Gagal Panen

Minggu 05-05-2024,19:01 WIB
Reporter : Anggik Juliannur Nugroho

 

Hofni Marabidjala, seorang petani yang tinggal di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, menyatakan bahwa petani-petani di wilayahnya seharusnya sekarang ini telah memulai proses panen hasil pertanian mereka. Faktanya, para petani baru kesulitan menyiapkan lahan karena kondisi cuaca yang sangat panas dan hujan yang sedikit.

 

Hofni mengungkapkan kekhawatiran mengenai suhu panas yang tinggi dan saat cuaca terus berlanjut, ini dapat mempengaruhi pendapatan para petani. Sementara itu, harga kebutuhan pokok seperti beras terus naik.

 

Augusto Fernandes, Kepala Desa Raknamo, menyatakan bahwa kondisi cuaca yang panas sangat memengaruhi produksi pertanian, waktu kerja, dan juga kesejahteraan masyarakat.

 

Augusto menyatakan bahwa produksi pertanian telah turun untuk tanaman seperti jagung, padi, dan beberapa jenis tanaman hortikultura lainnya. Para petani tidak dapat memanfaatkan sawah tadah hujan mereka sepenuhnya karena curah hujan yang sangat rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

 

Bagaimana pandangan para ahli mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap kelompok masyarakat yang kurang mampu.

 

Studi yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi Damm, Cindy Rianti Priadi, Inaya Rakhmani, dan Muhammad Irvan bertujuan untuk menyelidiki bagaimana kondisi cuaca ekstrem mempengaruhi wilayah perkotaan, terutama dampaknya terhadap kelompok masyarakat yang kurang mampu yang sangat menderita akibat peristiwa tersebut.

 

Menurut Damm, dampak cuaca panas terhadap pendapatan masyarakat bisa diukur dari segi pemasukan dan belanja.

 

Cuaca yang bersuhu tinggi dapat menyebabkan penurunan produktivitas karena tubuh cenderung lebih mudah merasa lelah. Sebagai konsekuensinya, pendapatan juga menurun. Menurutnya, hal ini berlaku terutama bagi individu yang bergantung pada kekuatan fisik mereka dalam melakukan berbagai macam pekerjaan.

Kategori :