PONTIANAKINFO.COM, SINGKAWANG - Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes) Kota Singkawang terus mengintensifkan langkah pencegahan demam berdarah dengue (DBD) yang kasusnya mengalami peningkatan signifikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memastikan ketersediaan bubuk abate secara gratis di seluruh puskesmas.
Langkah ini bertujuan untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama penularan DBD. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Singkawang, Hendry Aprianto, menyampaikan bahwa masyarakat bisa langsung mendapatkan abate tanpa biaya.
“Masyarakat bisa mengambil abate secara gratis di puskesmas terdekat. Ini langkah pencegahan agar penampungan air tidak menjadi sarang nyamuk,” kata Hendry Aprianto pada Senin, 22 September 2025.
BACA JUGA:Pemkot Singkawang Gandeng Pemkab Bengkayang Majukan Operasional Bandara
Selain penyediaan abate, Dinkes juga gencar melakukan edukasi kepada warga mengenai pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pola 3M, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air. Langkah sederhana ini diyakini efektif dalam memutus siklus perkembangbiakan nyamuk, terutama di musim kemarau yang membuat masyarakat cenderung menampung air.
Hingga akhir Agustus 2025, jumlah kasus DBD di Singkawang tercatat sebanyak 111 kasus. Angka ini menjadikan Singkawang sebagai kota dengan jumlah kasus tertinggi di Kalimantan Barat. Meski begitu, semua pasien telah mendapatkan penanganan medis.
“Kasus DBD tahun ini memang tinggi, tapi semua pasien sudah tertangani dengan baik di rumah sakit, dan tidak ada kematian. Jadi belum sampai ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),” ujarnya.
BACA JUGA:Pemkot Singkawang Gelar Pelatihan ALAKE, Dorong Kelurahan Susun Anggaran Berbasis Ekologi
Menurut Hendry, tingginya kasus DBD dipicu oleh perubahan cuaca ekstrem dan berkurangnya pasokan air bersih. Kondisi tersebut membuat warga menyimpan air dalam wadah terbuka, yang kemudian menjadi habitat potensial bagi nyamuk.
“Nyamuk betina Aedes aegypti bisa bertelur hingga ratusan dalam satu siklus. Telurnya juga bisa bertahan di kondisi kering, dan kembali menetas saat ada air. Pola ini mempercepat siklus penularan,” paparnya.
Secara keseluruhan, Kalimantan Barat mencatat 740 kasus DBD sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, dua kasus kematian dilaporkan terjadi di Kabupaten Ketapang dan Mempawah. Sementara itu, Singkawang berada pada posisi tertinggi dengan 111 kasus, melampaui Ketapang (85 kasus), Bengkayang (83 kasus), dan Kubu Raya (70 kasus).
BACA JUGA:HUT ke-80 PMI di Singkawang, Wakil Wali Kota Muhammadin Apresiasi Peran Relawan
Dinkes Kota Singkawang mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Pencegahan tidak bisa hanya dari pemerintah. Peran aktif masyarakat sangat penting,” tegas Hendry.