Pencetus Lambang Garuda Pancasila Berasal dari Pontianak Kalimantan Barat?
Sultan Hamid II, Pencetus Lambang Garuda Pancasila.--Pencetus Lambang Garuda Pancasila Sultan Hamid II Pontianak Kalimantan Barat
PONTIANAKINFO.DISWAY.ID 01-Juni-2024. Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, adalah simbol yang kaya akan makna dan sejarah, melambangkan semangat persatuan dan keagungan bangsa Indonesia. Pencipta lambang ini adalah Sultan Hamid II dari Pontianak, seorang tokoh yang berperan penting dalam sejarah awal kemerdekaan Indonesia.
Sultan Hamid II, atau bernama lengkap Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie, lahir pada tanggal 12 Juli 1913 di Pontianak, Kalimantan Barat. Beliau adalah putra dari Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, Sultan Pontianak. Setelah menempuh pendidikan di berbagai institusi militer bergengsi, termasuk Akademi Militer Breda di Belanda, Sultan Hamid II kembali ke Indonesia dan terlibat dalam dunia politik serta militer pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Simbol Garuda kemudian menjadi populer, terlihat dari arca dan relif yang terdapat lambang Garuda. Bahkan Garuda dijadikan lambang beberapa kerajaan Hindu masa lalu. Misalnya kerajaan Airlangga di abad ke-11 Masehi.
Dikutip dari laman Provinsi Jambi, pada awal pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949, Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Jenderal Presiden Soekarno. Dalam kapasitas ini, beliau memiliki tanggung jawab untuk merancang lambang negara yang baru. Tugas ini diselesaikan dengan penuh ketelitian dan kecintaan terhadap tanah air, menghasilkan karya yang kelak menjadi simbol kebanggaan bangsa.
Lambang Garuda Pancasila pertama kali diperkenalkan pada sidang kabinet RIS tanggal 11 Februari 1950 dan secara resmi ditetapkan sebagai lambang negara pada tanggal 17 Februari 1950. Lambang ini menggambarkan seekor burung Garuda, makhluk mitologi yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Garuda Pancasila diadopsi dari mitologi Hindu-Buddha yang telah lama menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia, dengan berbagai penyesuaian yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Garuda Pancasila memiliki 17 bulu di setiap sayapnya, 8 bulu di ekor, dan 19 bulu di leher, serta 45 bulu di pangkal ekor yang semuanya merepresentasikan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945. Burung Garuda digambarkan dengan kepala menghadap ke kanan, melambangkan pandangan yang selalu menuju masa depan. Sementara itu, cakar Garuda mencengkeram pita putih bertuliskan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini diambil dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit, yang mencerminkan keragaman budaya, suku, dan agama di Indonesia yang bersatu dalam satu bangsa.
Di bagian tengah tubuh Garuda terdapat perisai yang terbagi menjadi lima ruang, masing-masing ruang melambangkan sila-sila dari Pancasila:
- Bintang di tengah melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
- Rantai emas melingkar melambangkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
- Pohon beringin melambangkan Persatuan Indonesia.
- Kepala banteng melambangkan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
- Padi dan kapas melambangkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Perisai tersebut juga memiliki garis hitam tebal yang melintang di bagian tengah, melambangkan garis khatulistiwa yang melewati Indonesia. Warna merah dan putih pada perisai melambangkan bendera nasional Indonesia, Merah Putih.
Sultan Hamid II berhasil menciptakan sebuah lambang yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga kaya akan simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia. Meskipun pada masa setelah kemerdekaan beliau sempat menghadapi kontroversi dan politik yang kompleks, karya beliau, Garuda Pancasila, tetap menjadi simbol yang dihormati dan dikenang sebagai bagian penting dari sejarah dan identitas bangsa Indonesia.
Dengan lambang Garuda Pancasila, Sultan Hamid II dari Pontianak telah memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi Indonesia. Lambang ini tidak hanya menjadi identitas resmi negara, tetapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia untuk terus memperjuangkan persatuan, keadilan, dan kemakmuran.
Sumber: nasional tempo