Pesan artikel
Backlink iklan

Barang Menumpuk Jadi Masalah Baru di Kota Besar, Solusinya Hadir dari Ruang yang Sering Diabaikan

Barang Menumpuk Jadi Masalah Baru di Kota Besar, Solusinya Hadir dari Ruang yang Sering Diabaikan

--

Di tengah gaya hidup serba cepat, masyarakat perkotaan kini menghadapi tantangan baru: ruang yang semakin menyempit sementara jumlah barang pribadi terus meningkat. Fenomena barang numpuk bukan lagi sekadar persoalan estetika rumah yang berantakan, tetapi sudah menjadi masalah yang memengaruhi produktivitas, kenyamanan hidup, hingga kesehatan mental.

Jakarta Ditetapkan sebagai Kota Terpadat Dunia: Dampaknya Tergambar hingga Ruang Tinggal Masyarakat

Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh laporan PBB yang menyebut Jakarta sebagai kawasan metropolitan terpadat di dunia, dengan pergerakan penduduk harian mencapai 42 juta jiwa. Namun perlu dipahami bahwa angka tersebut bukan jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta, melainkan jumlah total mobilitas urban di kawasan megapolitan Jabodetabek.

Menurut penjelasan Pemprov DKI, jika mengacu pada data resmi Dukcapil, jumlah penduduk Jakarta hanya sekitar 11 juta jiwa. Sementara angka 42 juta menggambarkan aktivitas keluar-masuk masyarakat dari delapan wilayah penyangga, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya yang setiap hari beraktivitas di Jakarta.

Mobilitas harian berskala besar inilah yang membuat ruang kota terasa jauh lebih padat dibandingkan angka populasi resminya. Dampaknya juga terasa langsung pada ruang hidup masyarakat: hunian makin kecil, barang semakin banyak, dan ruang penyimpanan semakin sulit dikelola.

Ketika Rumah Tak Lagi Menjadi Ruang Nyaman

Siapa pun yang tinggal di rumah berukuran di bawah 100 meter persegi pasti merasakan betapa cepatnya ruang terasa penuh. Barang-barang musiman, peralatan hobi, furnitur lama, hingga dokumen penting sering kali menumpuk tanpa tempat penyimpanan yang jelas.

Di kota besar, keluarga kecil, pekerja urban, hingga ekspatriat menghadapi kesulitan yang sama. Semakin sering berpindah hunian, semakin besar pula kebutuhan akan ruang penyimpanan yang fleksibel. Pelaku UMKM yang mengandalkan penjualan online juga merasakan tantangan serupa: stok kecil dapat menghabiskan ruang besar di rumah atau kantor.

Dampak Psikologis dari Ruang yang Tidak Terkelola

Psikolog lingkungan menyebutkan bahwa ruang berantakan dapat memicu stres, menurunkan fokus, serta mengganggu kenyamanan hidup. Sebuah survei urban lifestyle pada 2024 menemukan bahwa 7 dari 10 masyarakat kota merasa rumah mereka dipenuhi barang tak terpakai, namun tidak memiliki opsi penyimpanan tambahan yang aman dan mudah diakses.

Bisnis Kecil Juga Mengalami Beban Ruang

Bagi para pelaku UMKM, terutama yang menjalankan bisnis dari rumah, keterbatasan ruang dapat menjadi kendala pertumbuhan usaha. Dokumen, stok gudang, dan peralatan usaha rentan rusak jika disimpan di tempat yang sempit atau lembap. Hal ini membuat banyak bisnis enggan menambah inventaris atau memperluas produktivitas.

Solusi Baru di Tengah Kebutuhan Ruang: Hadirnya digudang

Di tengah meningkatnya kebutuhan ruang, digudang hadir sebagai solusi penyimpanan modern untuk individu dan bisnis. Layanan personal storage ini dikembangkan oleh PT Mega Manunggal Property Tbk (MMP), yang merupakan bagian dari Astra Property, dua perusahaan dengan rekam jejak panjang di industri properti dan logistik Indonesia.

digudang menyediakan berbagai ukuran ruang penyimpanan pribadi dan bisnis yang aman, bersih, dan fleksibel. Dua ukuran utama yang tersedia adalah:

● Regular 2 m x 1.5 m – mulai Rp 1.500.000/bulan

● Large 2 m x 2.5 m – mulai Rp 2.500.000/bulan

Dengan total 142 unit, digudang hadir sebagai layanan yang mudah diakses sepanjang tahun.

Lokasinya berada di titik strategis titik 0 Jakarta, diapit tiga akses tol utama dan dekat Bandara Halim, sehingga memudahkan proses drop-off maupun pengambilan barang.

Teknologi Modern untuk Pengalaman Penyimpanan Tanpa Ribet

Sumber: vritimes.com