Menolak Lupa! Kisah Selamatnya Ny Nur, Korban Kecelakaan Pesawat di Bukit Saran Sintang Pada 1994

Rabu 19-06-2024,22:29 WIB
Reporter : Rifaldi
Editor : Tim Redaksi

Karena itu, tim SAR lalu mencari di sekitar reruntuhan pesawat. Tanpa disangka, pada jarak sekitar 50 meter dari pesawat ditemukan sepotong pakaian dalam wanita yang tersangkut pada ranting.  Kemudian ke arah barat dari situ, ditemukan jejak perjalanan orang berupa patahan ranting pohon sepanjang jalan yang dilalui. Dengan petunjuk pakaian dan jejak patahan ranting itu, tim SAR bersama pendu­duk lalu menelusuri hutan. Sekitar pukul 13.45 WIB hari Sabtu (30/4), Ny Nur ditemukan penduduk da­lam keadaan tersandar lemah.

Menurut penuturan Ningkan, pada mulanya ia dan tiga kawannya ingin memanggil dua orang temannya lain yang agak terpisah. Tiba-tiba ada suara wanita yang menyahut dekat mere­ka.

"Ketika ditanya siapa, wanita itu menjawab : saya, Nur," tutur Ningkan.

Ia segera berlari menemui tim SAR sementara rekannya membuat tenda di tempat Ny Nur ditemu­kan.

Berita ditemukan Ny Nur dalam keadaan masih hidup ini, sugera diteruskan ketua tim SAR Letkol (Pur) Sholeh Tridjoko ke Sintang, dan selanjutnya diteruskan ke Pontianak.

Kesedihan dan keletihan selama be­berapa hari dari tim SAR dan pendu­duk melakukan evakuasi para korban tiba-tiba tidak terasa.

Sekitar dua jam kemudian tim SAR bersama dokter dan Kakanwil Kehutanan Tony Sumardjo yang baru datang dengan heli­kopter dari Sintang tiba di tempat ditemukan Ny Nur. Lalu dengan ditandu, korban dibawa ke dekat landasan helipad untuk mendapat perto­longan dan pengobatan sementara.

Berita ditemukan Ny Nur dalam keadaan hidup ini, diterima suaminya bersama kedua orang tuanya yang da­tang dari Bandung sekitar pukul 14.00 WIB hari Sabtu (30/4).

"Kami sekeluarga tidak bisa ngomong lagi, dan langsung sembahyang sujud syukur atas kejadian yang tidak disangka-sangka itu," kata Hasanuddin Syahib, ayah Ny Nur.

Sebelumnya menurut Hasanuddin, pihak keluarga yang beralamat di Kompleks Kanwil Kehutanan Pontianak dan di Bandung, tidak merasa ada tanda-tanda Nur telah meninggal dan merasa ia masih hidup. Bahkan putrinya yang masih berusia enam bulan tidak rewel selama ditinggalkan ibunya.

"Namun setelah membaca berita koran bahwa semua penumpang pesawat DAS itu tewas, semua keluarga kami pasrah. Selain telah memesan tempat pemakaman buat Ny Nur di Bandung, kami di Pontianak juga sudah tahlilan sam­pai malam ketiga." tuturnya.

Ny Nur lahir di Ujungpandang tahun 1963. la sem­pat kuliah di Fakultas Kehutanan Unhas. Namun. karena orang tuanya pindah ke Bandung, la lalu masuk salah satu  Akademi Ilmu Kehutanan di Bandung, dan lulus ujian negara tahun 1990. 

Dengan mengantungi sarjana muda dia bekerja di Departemen Kehutanan dan ditempatkan di salah satu UPT di Pontianak. Dari hasil perkawinannya dikarunia seorang putri yang baru berusia enam bulan (pada waktu kejadian).

 

Kategori :