RSUD SSMA Pontianak Beri Edukasi Bahaya Konsumsi Obat Maag Tanpa Pengawasan Dokter
Apoteker Abdurrachman ketika memberikan edukasi di RSUD SSMA Kota Pontianak-PKRS-humas/rsudssma-dokumen istimewa
PONTIANAKINFO.COM, PONTIANAK - Penggunaan obat maag secara sembarangan masih menjadi kebiasaan sebagian masyarakat. Tanpa memahami perbedaan jenis obat dan fungsi masing-masing obat.
Banyak orang memilih obat maag sebagai solusi cepat setiap kali mengalami rasa tidak nyaman di perut, mulai dari kembung, mual hingga nyeri ulu hati.
“Padahal dokter sering mengingatkan bahwa penggunaan obat maag tanpa pemahaman yang tepat justru dapat memperburuk kondisi lambung,” ujar Apoteker Abdurrachman, ketika memberikan edukasi di RSUD SSMA Kota Pontianak pada Rabu, 3 Desember 2025.
BACA JUGA:RSUD SSMA Pontianak Beri Edukasi Bahaya Konsumsi Obat Maag Tanpa Pengawasan Dokter
Obat maag terdiri dari berbagai jenis dengan mekanisme kerja yang berbeda. Seperti Antasida bekerja cepat menetralkan asam lambung, H2-blocker mengurangi produksi asam lambung dalam jangka pendek serta Proton Pump Inhibitor (PPI) bekerja lebih kuat dan umum diberikan untuk penderita GERD atau tukak lambung.
“Banyak pasien menggunakan obat yang sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi mereka, misalnya PPI setiap hari hanya karena sering begah, padahal penyebabnya bisa saja pola makan berantakan, konsumsi kopi berlebihan, atau stres,” imbuhnya.
Ia mengingatkan penggunaan obat maag tanpa pengawasan dapat menimbulkan efek samping bila dikonsumsi terlalu sering atau terlalu lama.
BACA JUGA:Peringati Hari Diabetes Sedunia, RSUD SSMA Pontianak Gelar Jalan Sehat
Penggunaan PPI jangka panjang dapat menganggu penyerapan vitamin dan mineral tertentu, sedangkan pemakaian antasida berlebihan dapat memicu diare atau sembelit, tergantung jenis kandungannya. Dan jika pemakaian obat maag tanpa diagnosis dapat menutupi gejala penyakit lain yang jauh lebih serius.
“Yang paling berbahaya adalah ketika pasien mengira nyeri dada akibat gangguan jantung sebagai maag. Ketika minum obat maag, gejalanya mereda sementara, dan akhirnya terlambat mendapatkan pertolongan,” jelasnya.
Abdurrachman juga menghimbau agar masyarakat tidak mengandalkan obat maag sebagai solusi utama, tetapi memperbaiki pola makan dan manajemen stres. Penggunaan obat tetap diperbolehkan, namun harus disesuaikan dengan kondisi dan tidak dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa konsultasi dengan dokter.
“Dengan pemilihan obat yang tepat dan penggunaan yang bijak, risiko efek samping dapat ditekan dan kesehatan lambung tetap terjaga.” Pungkasnya.
Sumber:





