Rentcar MaC
Mau iklan?

Reaksi Timses dari berbagai paslon: Merasa di fitnah, coba buktikan dengan data tandingan!

Reaksi Timses dari berbagai paslon: Merasa di fitnah, coba buktikan dengan data tandingan!

Cover depan Film Dokumenter Dirty Vote-Erwin Irvandi Putra-dirty vote


Pontianakinfo.Disway.id - Setelah periode tenang pasca kampanye terakhir pada 10 Februari 2024, ada satu film yang menjadi sorotan utama: "Dirty Vote". Film dokumenter ini membongkar hasil riset tentang dugaan kecurangan dalam pemilu, yang konon telah dilakukan oleh koalisi masyarakat sipil yang mendukung Presiden Jokowi dan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto serta Gibran Rakabuming Raka.

 

Dibalik layar, ada tiga tokoh utama: Dhandy Dwi Laksono sebagai sutradara, dan tiga ahli hukum tata negara: Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Mereka semua berani mengungkap berbagai strategi kekuasaan yang dipakai untuk memenangkan pemilu, bahkan jika itu berarti melanggar tatanan demokrasi.

 

Film ini tak hanya menjadi topik pembicaraan di kalangan masyarakat umum, tetapi juga memancing respons beragam dari berbagai kubu politik, termasuk TKN dan TPN 01, 02, serta 03.

 

Sementara TKN Prabowo-Gibran merasa tersinggung dan menyebut film itu sebagai fitnah,

"Perlu kami sampaikan bahwa sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah," kata Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, dikutip dari detikNews, Senin (12/2/2024).

 BACA JUGA:Indikasi Bandar Pemilu, Anies Tanggapi Dirty Vote: Jangan Seperti Pertandingan Sepakbola yang Serba Diatur

Timnas Amin justru mengapresiasi "Dirty Vote" sebagai sumber pengetahuan politik bagi masyarakat, menyoroti bagaimana politisi dapat memanipulasi opini publik demi kepentingan pribadi.

Menurut Juru Bicara Timnas Amin Iwan Tarigan, film tersebut menjadi sumber pengetahuan untuk masyarakat soal politik di Tanah Air.

“Film Dokumenter ini memberikan pendidikan kepada masyarakat bagaimana politisi kotor telah mempermainkan publik hanya untuk kepentingan golongan dan kelompok mereka,” kata Iwan melalui keterangan tertulis pada Ahad, 11 Februari 2024.

 BACA JUGA:Connie: Kalau Gua Jadi Gibran Gua Bun*h Presidennya

Menanggapi hal ini, Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud Todung Mulya Lubis menganggap film ini penting untuk memberikan pemahaman politik yang lebih baik kepada masyarakat. Baginya, film ini adalah sebuah sarana edukasi politik yang mendasar untuk memahami permainan politik di Indonesia.

Hal tersebut disampaikannya saat konferensi pers di Media Center TPN Menteng Jakarta Pusat pada Minggu (11/2/2024).

 

"Banyak hal-hal yang positif yang kita bisa lihat dalam film ini, walaupun anda tentu boleh tidak setuju dengan film ini. Tapi menurut saya, film ini adalah pendidikan politik yang bagus, pendidikan politik yang penting buat masyarakat, buat kita semua untuk punya kemelekan politik dalam memahami dinamika politik di Indonesia," kata dia.

 

Namun, sorotan terbesar datang dari Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, yang menantang TKN Prabowo-Gibran untuk membuktikan bahwa film ini adalah fitnah dengan menunjukkan data yang mendukung klaim mereka. Baginya, bukti berupa data adalah yang paling penting dalam menghadapi klaim klaim kontroversial seperti ini.

“Semua orang bisa mengatakan fitnah. Tunjukkan di mana fitnahnya, karena semua data dulu, baru komentar kan,” Ucap JK di kediamanya Kawasan kebayoran baru Jakarta Selatan, senin (12/2)

Sumber: disway kalbar