Rentcar MaC
Mau iklan?

Belum Dapatkan Keadilan, Orang Tua Korban Buat Surat Terbuka untuk Presiden Soal Kasus Anggota DPRD Singkawang

Belum Dapatkan Keadilan, Orang Tua Korban Buat Surat Terbuka untuk Presiden Soal Kasus Anggota DPRD Singkawang

Orang tua korban perstubuhan anak dibawah umur di Kota Singkawang melayangkan surat terbuka ke Presiden Jokowi.-kamidayakkalbar-Instagram

PONTIANAKINFO.DISWAY.ID, SINGKAWANG - Tak kunjung mendapat keadilan dari pihak manapun, orang tua korban persetubuhan di Singkawang membuat Surat Terbuka untuk Presiden. Sebelumnya diketahui salah satu anggota DPRD Singkawang berinisial HA, baru-baru ini dilantik di Gedung Walikota Singkawang pada Selasa, 17 September 2024.

HA sendiri diketahui masih menyandang status sebagai tersangka oleh Polres Singkawang karena terlibat kasus persetubuhan anak dibawah umur. Pihak Polisi Singkawang sendiri sudah melakukan pemanggilan terhadap tersangka namun tidak dipenuhi dengan alasan sakit, pemanggilan tersebut sudah dilakukan 2 kali namun tidak dipenuhi oleh pihak tersangka.

Namun menjelang pelantikan sampai sesudah pelantikan, terlihat pihak tersangka baik-baik saja dan hadir dalam acara pelantikan DPRD Singkawang tersebut dengan keadaan sehat. Karena tak kunjung mendapat titik terang terang dan pihak tersangka masih bebas, orang tua korban menulis surat terbuka untuk presiden melalui akun Facebooknya.

BACA JUGA: 3 Alasan Polres Singkawang Harus Menangkap Anggota Dewan yang Terlibat Kasus Pencabulan Anak Dibawah Umur

Isi Surat Terbuka Orang Tua Korban Untuk Presiden

Salam sejahtera Bapak Presiden semoga selalu sehat

Bapak Presiden yang saya hormati, Perkenalkan nama saya Liu umur 34 tahun seorang ibu dengan 4 (empat) orang anak, dua diantaranya masih balita. Kami tinggal di wilayah pinggiran kota dengan sebutan "Kota Seribu Klenteng" di Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. 

Saya seorang ibu rumah tangga yang terpaksa sambil bekerja dengan cara mengambil upah sebagai penjual sayur keliling dan kadang jual kue dan roti keluar masuk gang serta pemukiman warga.

Bapak Presiden yang saya muliakan, ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf untuk kelancangan saya membuat surat terbuka ini, walau hati saya tidak begitu yakin surat ini akan bisa Bapak baca. Tetapi setidaknya tulisan yang merupakan curahan hati penuh air mata ini bisa sejenak menghapus luka dan Sakit Batin saya yang teramat dalam, dari Beban yang selama ini menghimpit dada saya.

BACA JUGA: Menyandang Status Tersangka, Caleg HA Tetap Ikuti Gladi Bersih Pelantikan DPRD Singkawang

Bapak Presiden, Mungkin saya tidak pantas berkeluh kesah pada Bapak Presiden tentang kehidupan yang kami jalani selama ini. Sebagai warga yang baik kami menerima dengan sabar dan ikhlas apapun keadaan kami selama ini. Karena saya sangat percaya, tidak satupun orang didunia ini memilih hidup dalam kondisi sangat miskin. Tapi sangat berbeda dengan kami.

Kami tidak punya pilihan lain kecuali menerima keadaan hidup dalam kondisi sangat miskin dengan sabar dan terus berjuang melawan takdir memenuhi kebutuhan hidup anak anak sedangkan suami yang menderita penyakit kronis selama bertahun tahun akhirnya meninggal tanpa pengobatan sejak 8 (delapan) bulan lalu.

Kamipun harus tinggal berpindah pindah tempat dan dengan membayar sewa rumah perbulan. Karena kami memang belum mampu punya rumah sendiri walau hanya gubuk. Itu pula yang membuat anak anak tidak bisa mengenyam pendidikan. Karena ketidak kemampuan saya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sudah terlalu berat, menyisihkan sedikit uang utk sewa kost agar anak anak bisa tidur dan istirahat tanpa kena hujan dan panas.

Bapak Presiden yang saya muliakan, Begitupun sulitnya perjuangan saya untuk menghidupi anak anak saya, saya tidak pernah berharap lagi dapat bansos dan jaminan sosial lain yang selama ini jadi program andalan Bapak sejak ada petugas yang mengatakan bahwa keluarga saya tidak bisa jadi penerima bansos karena kerap berpindah rumah.

BACA JUGA: LBH RAKHA dan PKBI Desak Polres Singkawang Untuk Menangkap Anggota Dewan yang Terlibat Kasus Asusila

Bagi saya tidak menjadi penerima bansos pun tidak harus mengemis, karena memang kami tidak punya rumah untuk tinggal tetap seperti yang di persyaratkan. Biarlah kami bayar kos atau sewa kamar yg penting anak anak saya bisa hidup dan makan tanpa harus tidur dijalanan atau di emperan. 

Sumber: