Gangguan Bipolar dalam Kehidupan Seseorang Sehari-harinya, Seperti Apa?
ilustrasi penderita gangguan bipolar--Creative market
PONTIANAKINFO.DISWAY.ID, PONTIANAK - Penyakit jiwa menjadi salah satu tantangan dan sumber ketidaknyamanan yang signifikan dalam kehidupan seseorang sehari-harinya. Kondisi yang paling umum dialami seperti gangguan kecemasan, depresi, dan bipolar disorder.
Beberapa faktor seperti tekanan sosial di lingkungan keluarga dan kerja, ketidakstabilan ekonomi, serta akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan mental dan kurangnya pemahaman dan kesadaran diri dari seseorang tentang kesehatan mental juga menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya seseorang terkena penyakit jiwa. Oleh karena itu, pentingnya untuk melakukan kampanye penyuluhan, aksesibilitas terhadap layanan kesehatan mental, dan dukungan komunitas menjadi krusial dalam mengatasi masalah ini di Indonesia.
Apa itu Gangguan Bipolar?
Bipolar merupakan masalah kesehatan mental yang menyebabkan penderitanya mengalami perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Pengidap yang sebelumnya merasa sangat gembira bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat sedih dan putus asa.
Perubahan suasana hati secara drastis ini dapat memengaruhi kebiasaan tidur, tingkat energi, aktivitas, perilaku, dan kemampuan berpikir pengidapnya. Perlu kita ketahui jika penyakit bipolar merupakan kondisi seumur hidup, yang berarti masalah kesehatan mental ini bisa sembuh namun tak seutuhnya. Adapun jalan yang dapat dilakukan yaitu, terapi dan pengobatan mengelola gejala yang terjadi.
Jenis Gangguan Bipolar
Berikut penjelasan gangguan bipolar untuk setiap jenisnya:
1. Gangguan bipolar I
jenis ini merupakan gangguan bipolar yang memiliki kelainan paling parah. Pengidap setidaknya mengalami satu periode mania dalam hidup dengan perilaku ekstrem dan berbahaya. Selain itu, pengidap gangguan bipolar jenis ini juga berpotensi mengalami depresi.
2. Gangguan bipolar II
Selanjutnya, gangguan bipolar II. Ciri-ciri jenis ini sekilas mirip dengan bipolar I, yang membedakan hanyalah depresi dengan hipomania yang sesekali. Selain itu, gangguan bipolar II juga tidak bisa dikatakan jenis ringan, sebab beberapa pengidapnya sering kali mengembangkan gejala gangguan bipolar I.
3. Gangguan siklotimik
gangguan ini adalah jenis yang tergolong langka. Tingkat keparahannya mungkin tidak seperti bipolar I dan II. Namun, gangguan siklotimik dapat berdampak besar pada kehidupan pengidapnya. Seseorang dengan gangguan siklotimik mungkin mengalami periode gejala hipomania yang lebih singkat dan gejala depresi periode singkat. Namun, gangguan siklotimik juga dapat berkembang menjadi bipolar I dan II.
4. Gangguan Bipolar Campuran
Taitu apabila dokter menambahkan kata “campuran” dalam diagnosis gangguan bipolar, maka ini artinya pengidapnya mengalami mania dan depresi selama episode yang sama. Misalnya, seseorang mungkin memiliki energi tinggi dan sulit tidur. Namun, pada waktu yang sama, mereka juga merasa putus asa atau memiliki pikiran untuk bunuh diri. Saat mengalami gejala mania, dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mengontrol gejala tersebut.
5. Gangguan Bipolar Musiman
Sekitar 25 persen orang dengan gangguan bipolar memiliki pola depresi musiman. Ini berarti, pengidap akan mengalami episode depresi pada musim gugur atau musim dingin. Misalnya, pengidap bipolar I akan mengalami mania pada musim semi atau musim panas, sedangkan pengidap bipolar II akan mengalami hipomania selama bulan-bulan tersebut.
6. Bipolar Siklus Cepat
Yaitu kondisi dimana seseorang mungkin mendapatkan diagnosis bipolar I atau II “dengan siklus cepat”. Artinya, mereka memiliki empat atau lebih episode mania, hipomania, dan depresi dalam rentang waktu 12 bulan. Selain itu, perubahan suasana hati juga dapat terjadi selama beberapa jam atau hari. Perlu kamu ketahui, jika suasana hati berubah empat kali dalam sebulan, maka kondisi ini disebut dengan “ultra rapid cycling”. Meski begitu, tidak ada pola khusus selama periode ini. Sebab, itu bisa terjadi kapan saja selama adanya gangguan. Mungkin, kamu masih bingung apa arti dari episode mania dan hipomania pada gangguan bipolar.
Faktor Risiko Gangguan Bipolar
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko munculnya kelainan mental ini, yaitu:
- Pernah mengalami peristiwa yang membuat trauma.
- Tidak bisa mengelola stres dengan baik.
- Mengalami kecanduan obat terlarang atau minuman beralkohol.
- Ada anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
Terdapat dua fase dalam pengidap bipolar, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun). Ketika seseorang dalam periode mania terjadi, pengidap akan terlihat sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat. Sementara itu, saat berada di periode depresi, mereka akan terlihat sedih, lesu, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan perputaran episode suasana hati, sebagian pengidap gangguan bipolar ada yang mengalami keadaan normal antara periode mania dan depresi. Namun, tak sedikit juga yang pengidap mengalami
perputaran cepat dari mania ke depresi atau mungkin sebaliknya tanpa adanya periode normal (rapid cycling).
Selain itu, ada juga pengidap yang mengalami periode mania dan depresi secara bersamaan. Contohnya, ketika pengidap merasa sangat berenerjik dan sangat sedih serta putus asa pada waktu yang sama. Gejala ini memiliki istilah periode campuran (mixed state).
Sumber: detikhealth