Backlink
Rentcar MaC

Saran BMKG untuk Para Pelaku Wisata Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

Saran BMKG untuk Para Pelaku Wisata Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

Ilustrasi getaran gempa-tangsel.info-Instagram

PONTIANAKINFO.DISWAY.ID - Efek gempa megathrust disebut sudah mulai dirasakan oleh para pelaku wisata di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan saran penting kepada para pelaku wisata untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana ini.

Meski demikian, hingga saat ini belum diketahui pasti kapan gempa megathrust akan terjadi. BMKG menegaskan bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksi, baik waktu maupun kekuatannya. Namun, kesiapsiagaan melalui mitigasi bencana menjadi langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampaknya.

“Saya ingin membagi upaya-upaya mitigasi ini. Yang pertama, bagaimana menyiapkan assessment. Ini artinya adalah kawasan wisata dan para pengelola, dalam hal ini hotel, ataupun pengelola wisata lainnya itu mampu memahami potensi bahaya yang bisa saja melanda wilayahnya,” kata Suci Dewi Anugerah selaku Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pacific BMKG, dalam The Weekly Brief With Sandi Uno.

Lebih lanjut, Suci menegaskan pentingnya masyarakat dan pelaku wisata untuk memahami langkah evakuasi.

BACA JUGA:Ini Daftar Wilayah yang Berpotensi Terkena Gempa Megathrust

 “Berapa kira-kira perkiraan jumlah wisatawan yang akan datang hingga bagaimana rencana evakuasinya. Dan lanjut ke aspek bagaimana membangun kesiapsiagaan. Hotel-hotel coba dicek lagi apakah rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi sudah disiapkan dengan baik?” ujarnya.

Dia juga menyoroti pentingnya papan petunjuk evakuasi yang jelas, jalur evakuasi yang mudah diakses, serta kesiapan pintu darurat dan alarm evakuasi di hotel. 

“Mitigasi selanjutnya adalah menyiapkan informasi kesiapsiagaan. Dibuat materi-materi edukasi, misalnya dibuat poster-poster lalu tempelkan pada papan informasi hotel,” tambah Suci.

Suci menekankan bahwa banyak hotel, terutama yang sering digunakan sebagai tempat pertemuan, masih belum memberikan safety briefing kepada pengunjungnya. Padahal, langkah ini merupakan prosedur standar untuk memastikan keselamatan saat evakuasi.

BACA JUGA:BMKG Sebut Indonesia Hanya Menunggu Waktu Ancaman Gempa Megathrust M 8,9

“Hotel yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami ini harus melakukan safety briefing sebelum pertemuan, sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat mereka tahu harus melakukan apa. Juga upayakan pegawai hotel terlatih dan sering mengikuti sosialisasi dan simulasi rutin,” tegasnya.

Suci juga mengingatkan bahwa ancaman gempa megathrust bukanlah isu semata, melainkan fakta yang telah terbukti di masa lalu. Dia menyebutkan beberapa peristiwa besar seperti tsunami Aceh pada 2004 dengan kekuatan lebih dari 9 magnitudo, tsunami Mentawai 2010 dengan kekuatan 7,9 magnitudo, serta tsunami Pangandaran 2006 dan tsunami Nias 2005.

“Tidak hanya berdasarkan kajian, tetapi faktanya memang itu pernah terjadi. Jadi ini semua adalah fakta yang tidak bisa kita elakkan,” pungkasnya.

Sumber: