PONTIANAKINFO.DISWAY.ID - Ditreskrimum Polda Sumatera Selatan resmi menetapkan Fadilla alias Datuk (37), sopir keluarga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri), sebagai tersangka kasus penganiayaan terhadap seorang dokter koas di Palembang. Penetapan tersangka dilakukan pada Jumat 13 Desember 2024.
Saat digiring oleh petugas Polda Sumsel, Fadilla tampak tertunduk lesu dengan tangan terborgol dan mengenakan baju tahanan berwarna oranye. Ia mengakui perbuatannya dan menyatakan penyesalan.
"Tidak ada yang menyuruh, Pak. Saya khilaf," ujar Fadilla.
Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Sunarto, menjelaskan bahwa tersangka bertindak karena emosinya terpancing.
“Dari keterangan tersangka, dirinya mengakui telah melakukan penganiayaan. Dia kesal melihat korban berperilaku tidak sopan, baik dalam tutur kata maupun bahasa tubuh,” ujar Sunarto.
Kasus ini bermula dari konflik jadwal piket dokter koas akhir tahun. Insiden terjadi ketika Fadilla, yang merupakan sopir keluarga rekan korban, memukul MLH, seorang dokter koas. Rekan korban, yang berinisial LAP, dikabarkan tidak terima jadwal piketnya bertabrakan dengan rencana liburan keluarganya ke Eropa.Akibat penganiayaan itu, MLH mengalami luka memar dan hingga kini masih dirawat di RS Bhayangkara Palembang.
Kronologi Sebelumnya
Sebelumnya sebuah peristiwa yang melibatkan seorang koas (dokter magang) dan anak kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat menjadi sorotan publik setelah unggahan di media sosial menjadi viral. Kejadian ini bermula dari dugaan konflik terkait jadwal jaga di fasilitas kesehatan selama masa Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Salah satu pengguna media sosial, yang mengaku sebagai chief wahana, menceritakan dirinya difitnah memaksa seorang anak pejabat untuk bertugas di rumah sakit. Padahal, menurutnya, anak tersebut sedang dalam masa libur. Tidak berhenti di situ, dia mengaku didatangi langsung oleh ayah anak tersebut dan seorang bawahan di tempatnya bekerja.
--
BACA JUGA:Diduga Ribut Jadwal Jaga Nataru, Anak Kepala BPJN Kalbar Dirujak Netizen
Peristiwa ini memicu respons luas dari netizen yang menyesalkan tindakan yang dianggap arogan tersebut.
Kasus ini semakin memanas setelah muncul laporan bahwa anak pejabat tersebut diduga menggunakan pengaruh keluarganya untuk mengintimidasi koas lain. Ayahnya bahkan disebut mengancam akan menggunakan koneksi untuk menghalangi pendidikan spesialis si pelapor.
Netizen juga menyoroti fakta bahwa korban adalah anak rantau yang tidak memiliki keluarga di dekatnya. Banyak pihak menilai bahwa kejadian ini mencerminkan kurangnya empati dan profesionalisme.