PONTIANAKINFO.DISWAY.ID, KUBU RAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Supadio Pontianak terus berupaya menjaga 282.671,35 hektar lahan hidrologi gambut di Kabupaten Kubu Raya dari ancaman kekeringan dengan melakukan modifikasi cuaca. Langkah ini penting untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap melanda wilayah ini pada musim kemarau.
Prakirawan Cuaca BMKG Supadio, Deby, menjelaskan bahwa musim kemarau di wilayah Kalbar telah memasuki dasarian ketiga pada bulan Juni. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus 2024. Dalam menghadapi situasi ini, BMKG Supadio Pontianak telah mengambil sejumlah langkah strategis.
Salah satu langkah utama yang diambil oleh BMKG Supadio Pontianak adalah melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Langkah dari BMKG Supadio Pontianak untuk menekan terjadinya musim kemarau khususnya di Kubu Raya saat ini, kami melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan sosialisasi serta saat ini kami melakukan operasi modifikasi cuaca,”
Operasi modifikasi cuaca ini telah dimulai sejak tanggal 25 Juni dan akan berlangsung hingga 5 Juli 2024. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk mengantisipasi potensi terjadinya karhutla, yang sering kali terjadi (khususnya) di wilayah Kubu Raya setiap musim kemarau.
Operasi modifikasi cuaca ini difokuskan pada wilayah-wilayah yang memiliki lahan gambut yang masuk kategori rawan. Seperti di Kabupaten Kubu Raya.
“Operasi modifikasi cuaca ini difokuskan pada wilayah yang memiliki lahan gambut yang masuk kategori rawan, salah satunya adalah Kabupaten Kubu Raya." Lanjutnya.
Modifikasi cuaca ini dilakukan dengan harapan dapat menambah curah hujan di wilayah rawan tersebut, sehingga dapat mencegah terjadinya kekeringan yang parah dan mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan. Teknologi yang digunakan dalam operasi ini melibatkan penyemaian awan dengan bahan tertentu yang dapat merangsang terjadinya hujan.
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten dengan hutan rawa/gambut terluas ketiga di Kalimantan Barat dengan luasan 282.671,35 ha (22.64 %) yang sangat rentan terhadap kekeringan pada musim kemarau. Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar, dan kebakaran hutan dan lahan ini bisa menimbulkan dampak yang sangat merugikan, baik dari segi lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Operasi modifikasi cuaca merupakan salah satu upaya yang efektif untuk mengurangi risiko ini. Dengan meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah rawan, lahan gambut dapat tetap lembab dan lebih sulit untuk terbakar. Selain itu, peningkatan curah hujan juga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif dari musim kemarau.
BACA JUGA:BMKG Gelar OMC di 5 Provinsi Rawan Karhutla, Termasuk Kalbar
Selain melakukan operasi modifikasi cuaca, BMKG Supadio Pontianak juga aktif melakukan koordinasi dengan instansi terkait serta sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kekeringan dan kebakaran hutan, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegahnya.
Melalui koordinasi yang baik dengan berbagai pihak, diharapkan upaya modifikasi cuaca ini dapat berjalan lancar dan efektif. Kolaborasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Kehutanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan instansi lainnya, sangat penting untuk memastikan keberhasilan operasi ini.
Upaya yang dilakukan oleh BMKG Kelas 1 Supadio Pontianak dalam menjaga hampir 300 ribu hektar lahan hidrologi gambut di Kabupaten Kubu Raya dari ancaman kekeringan merupakan langkah yang sangat penting dan perlu diapresiasi. Melalui operasi modifikasi cuaca dan koordinasi dengan instansi terkait, diharapkan potensi terjadinya karhutla dapat ditekan, sehingga dampak negatif dari musim kemarau dapat diminimalkan. Langkah-langkah proaktif seperti ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi masyarakat dari ancaman kebakaran hutan dan lahan.