Menurut laporan keuangan per 31 Desember 2023, PT Sepatu Bata telah mengalami kerugian bersih sebesar Rp190,28 miliar.
Kerugian melonjak hampir 80% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022, mencapai Rp105,91 miliar.
Saat ini, Gen X dan Boomer sedang memasuki fase pensiun, sehingga kemampuan mereka untuk berbelanja menjadi semakin berkurang. Dengan demikian, merek-merek perlu dapat menarik perhatian dari generasi-generasi yang memiliki kemampuan beli yang semakin besar, terutama para Milenial dan Generasi Z.
Dijelaskan olehnya bahwa generasi Milenial kurang merasa tertarik dengan merek Bata karena dianggap memiliki citra sebagai merek yang sudah ketinggalan zaman atau usang.
Saat ini, mereka cenderung lebih menyukai merek-merek lokal yang dibuat oleh generasi muda sehingga memiliki desain dan strategi pemasaran yang modern.
Di samping itu, Yuswohady juga menekankan strategi pemasaran Bata yang lebih mengutamakan penjualan melalui gerai atau toko fisik daripada melalui pemasaran digital.
Meskipun Bata aktif di media sosial seperti Instagram dan TikTok, serta menjual produknya melalui situs-situs pemasaran, Yuswohady berpendapat bahwa Bata belum menggunakan channel-channel tersebut secara efektif.
Pada tahun 2020, ketika pandemi sedang berlangsung, perusahaan PT Sepatu Bata Tbk. Telah diumumkan bahwa perusahaan tersebut telah menutup 50 toko fisiknya di Indonesia. Perusahaan dengan kode saham BATA telah memutuskan untuk meningkatkan penjualan produk-produknya melalui platform online.