Industri sepatu mengalami penurunan karena biaya impor bahan baku yang semakin tinggi.
Menurut Firman Bakri, yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Aprisindo, industri alas kaki di Indonesia masih belum pulih sepenuhnya sejak pandemi melanda.
Meskipun belum mencapai 75%, namun itu sudah cukup baik. Namun setelah perayaan Lebaran 2023 berakhir, saat memasuki bulan Juli 2023, aktivitas perdagangan telah mulai menurun. Firman mengatakan bahwa kita sudah diingatkan beberapa kali sebelumnya.
Walaupun ada peningkatan penjualan pada Lebaran 2023, namun tahun ini terjadi penurunan penjualan sebesar 20%-30% dari tahun sebelumnya. Menurut Firman, ini berdampak pada permintaan sepatu karena pengusaha sepatu harus bersaing dengan kenaikan harga kebutuhan dasar.
Menurut pengamat ekonomi Indef, Andry Satrio Nugroho, larangan dan pembatasan impor dapat menyebabkan kerugian bagi sektor industri yang harus membeli bahan baku dari luar negeri untuk memproduksi barang, seperti industri alas kaki.
Dia menjelaskan bahwa sektor alas kaki termasuk dalam klasifikasi padat karya, yang berarti sektor tersebut mempekerjakan banyak tenaga kerja manusia. Ketika industri tersebut mulai melambat, banyak orang bisa kehilangan pekerjaan.
Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan ulang peraturan tersebut dengan melibatkan para pelaku usaha dan organisasi terkait. Andry menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan, pertumbuhan ekonomi negara berpotensi akan melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Febri Hendri Antoni Arif, juru bicara Kementerian Perindustrian yang dihubungi secara terpisah, penutupan pabrik PT Sepatu Bata itu bukan disebabkan oleh kenaikan tarif impor.