Fitur AI Copilot di MiiTel memungkinkan perusahaan untuk memonitor apa saja isi percakapan staf dengan pelanggan dalam telepon dan meeting secara cepat dan tepat.
Pernahkah Anda merasa sudah berinteraksi panjang dengan prospek, namun ujung-ujungnya tidak juga berhasil closing? Jika iya, mungkin sudah saatnya Anda mengenal metode NEAT Selling.
NEAT Selling membantu tim sales memusatkan fokus pada prospek yang benar-benar potensial, sekaligus membangun kepercayaan melalui percakapan yang bermakna dari awal hingga akhir proses penjualan.
Dengan metode ini, setiap interaksi bukan lagi sekadar basa-basi, tetapi langkah nyata menuju closing deal!
Apa itu NEAT Selling?
NEAT Selling adalah metode dalam sales yang dikembangkan oleh The Harris Consulting Group untuk membantu memahami prospek secara lebih mendalam. NEAT sendiri merupakan akronim dari Need, Economic Impact, Access to Authority, dan Timeline.
Metode ini berfokus pada pendekatan consultative selling, di mana sales berinteraksi dengan cara menggali kebutuhan dan masalah utama calon pelanggan secara aktif, bukan sekadar menanyakan hal-hal standar dari skrip penjualan yang sudah ada.
Lebih dari sekadar metode untuk mengkualifikasi prospek, NEAT Selling sebenarnya adalah proses membangun kepercayaan dengan fokus pada poin masalah dan kebutuhan prospek. Informasi-informasi tersebut digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka agar kemudian sales dapat meresponsnya dengan solusi yang relevan dan benar-benar berdampak.
Penerapan NEAT Selling membuat proses penjualan lebih personal dan dua arah, bukan hanya sales yang berbicara, tetapi juga mendengarkan dan beradaptasi sesuai kebutuhan pelanggan.
Tahapan dan Cara Kerja NEAT Selling
NEAT Selling membantu sales dalam menilai kualitas prospek (qualify leads) dan berinteraksi secara efektif untuk memenuhi tujuan pelanggan. Proses NEAT terdiri dari empat tahap utama:
1. Need (Kebutuhan)
Tahap pertama adalah memahami apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan. Sales perlu menempatkan diri pada posisi prospek dan melihat kebutuhan mereka dan menyelesaikan masalah yang lebih dalam.
Pada tahap ini, sales dapat mengajukan pertanyaan terbuka (open-ended questions) agar prospek lebih banyak bercerita tentang pengalaman, prioritas, dan faktor yang memengaruhi keputusan pembelian mereka.
Fokus utama di sini adalah mendengarkan secara aktif sebelum berbicara, agar sales mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang kebutuhan prospek.
Contoh pertanyaan terbuka untuk menggali kebutuhan prospek:
“Apa tantangan utama yang sedang tim Anda hadapi saat ini?”
“Bagaimana proses kerja Anda berjalan sekarang dan di bagian mana biasanya muncul kendala?”