Mengapa Banyak Masyarakat Menengah Kebawah Sering Mengalami Permasalahan Gangguan Mental?
Ilustrasi seseorang mengalami stress dan depresi berkelanjutan-Tribun Jogja-Web
PONTIANAKINFO.DISWAY.ID, PONTIANAK -Gangguan kesehatan mental banyak yang berasal dari pekerja kelas bawah ke kelas menengah selama lima tahun terakhir. Hal ini tak luput dari pengaruh penurunan penyerapan tenaga kerja formal, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan peningkatan angka pengangguran.
Pada tahun 2017, pekerja kelas bawah mendominasi gangguan kesehatan mental level tinggi, yakni sebanyak 66,7 persen dari total pekerja yang mengaku terkena gangguan mental.
Tapi pada 2022, pekerja kelas menengah lah yang justru paling banyak merasakan dampak dari gangguan kesehatan mental level tinggi dengan 49 persen.
Komposisi pekerja dengan gangguan mental level tinggi di dua periode tahun itu juga jauh berbeda. Pada 2017, setelah pekerja kelas bawah, disusul pekerja kelas menengah dan atas.
BACA JUGA:Ingin Sebersinar Seperti Maudy Ayunda, Yuk Lakukan 5 Tips Belajar Ala Maudy!
Dalam lima tahun terakhir, kelas menengah paling banyak mengalami gangguan mental level tinggi, disusul 27,5 persen pekerja ata, 23,8 persen pekerja kelas bawah.
Tidak hanya pekerja informal yang naik, ternyata angka PHK selama lima tahun (2018-2023) naik sampai enam kali lipat.
Sementara di sisi lain, manusia membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan badannya. Ia menekankan bahwa istirahat yang berkualitas sebenarnya juga bagian dari pekerjaan.
“Kalau ditarik, sebenarnya kesehatan mental, stres di tempat kerja dan seterusnya, itu memang tidak terlihat. Tapi itu berdampak ke fisik hingga relasi. Ujung-ujungnya (berdampak) ke produktivitas,” ungkap Ersa Lanang Sanjaya psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra.
Ersa menjelaskan, stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara mengelola stres.
BACA JUGA:Mengenal Fakta Menarik Kucing Ashera, Spesies yang Sedang Ramai Digandrungi Pecinta Kucing!
“Nah, seseorang yang memiliki health mental adalah ketika orang itu bisa berfungsi secara optimal sebagai manusia di fungsinya masing-masing. Dia sebagai pekerja bisa bekerja dengan baik. Dia sebagai bapak bisa menjadi bapak yang baik. Itu salah satu kriteria yang paling sederhana,” tuturnya.
Akan tetapi, jika seseorang dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengalami ketakutan, kecemasan, dan seterusnya, ini yang menjadi masalah.
BACA JUGA:Ini Dia Tips dan Trik IPhone yang Wajib Untuk Diketahui Para User IPhone!
Maka penting untuk dapat meredakan stres itu dengan cara mengambil istirahat dan tidak melulu bekerja. Ia juga menekankan tentang pemahaman akan kondisi diri sendiri. “Tanya ke diri sendiri itu hal yang penting,” katanya singkat.
Terakhir ia menyebutkan bahwa harus dipikirkan bahwa mereka mempekerjakan manusia. Yang memiliki stres dan kecemasan.
“Saya pikir perlu memasukkan kesehatan mental dalam kebijakan-kebijakan berkait dengan ketenaga kerjaan. Termasuk dalam masalah cuti,” tutupnya.
Sumber: suarasurabaya.com