Iklan pemberitaan
Rentcar MaC

Masjid Jami’ Pontianak: Jejak Sejarah dan Warisan Spiritual Kota Khatulistiwa

Masjid Jami’ Pontianak: Jejak Sejarah dan Warisan Spiritual Kota Khatulistiwa

Penampakan Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman tampak dari depan saat malam hari--dokumen istimewa

PONTIANAKINFO.COM, PONTIANAK - Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman, yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami’ Pontianak, merupakan salah satu situs sejarah dan pusat kegiatan keagamaan penting di Kalimantan Barat. Terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, masjid ini bukan hanya sekadar tempat ibadah, namun juga menjadi lambang berdirinya Kota Pontianak itu sendiri. 

Menurut catatan sejarah, kota Pontianak berdiri pada tanggal 23 Oktober 1771 di ujung pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak oleh pendiri Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Bersamaan dengan itu, beliau mendirikan sebuah surau sederhana yang kelak berkembang menjadi Masjid Jami’.  Saat masa pembangunan ulang, pondasi masjid mulai diletakkan sekitar tahun 1821 oleh Sultan Syarif Usman, menggantikan struktur awal yang dianggap kurang permanen. 

Arsitektur Masjid Jami’ Pontianak menampilkan perpaduan unsur Melayu, Jawa, Timur Tengah, dan Eropa. Struktur kayu belian mendominasi bangunan, dengan enam tiang utama (saka guru) penyangga atap bertingkat yang khas.  Atap masjid terdiri dari empat tingkat hierarkis, dengan jendela kaca antar tingkat untuk pencahayaan alami.  Bagian mimbar memiliki ornamen kaligrafi Arab dan bentuk yang menyerupai struktur kapal, menambah nuansa estetis dan simbolik. 

BACA JUGA:Museum Negeri Kalbar di Pontianak, Pusat Pelestarian Sejarah dan Budaya Kalimantan Barat

Keunikan lokasi masjid tak kalah menarik: di sisi depan masjid terbentang panorama Sungai Kapuas, sementara akses ke masjid dapat dilewati melalui jalur darat ataupun jalur air (sampan/speedboat).  Di samping itu, di sisi pintu masuk terdapat pasar ikan tradisional yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitar.  Masjid ini juga mampu menampung hingga sekitar 1.500 jamaah dalam satu waktu. 

Seiring perkembangan zaman, pengurus masjid disana juga  melakukan pemeliharaan dan beberapa perbaikan kecil agar struktur tetap kokoh tanpa merusak nilai historis aslinya.  Terutama bagian atap berganti material sirap kayu belian dan perawatan kayu agar tahan terhadap cuaca tropis. 

Kini Masjid Jami’ Pontianak menjadi destinasi wisata religi dan warisan budaya yang kerap dikunjungi oleh peziarah dan wisatawan lokal maupun luar Kalimantan Barat.  Di era digital, berbagai ulasan dan dokumentasi visual turut membantu mengenalkan keunikan masjid ini kepada khalayak luas. 

BACA JUGA:Pasar Tradisional Legendaris Pontianak, Warisan Ekonomi dan Budaya yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

Dengan latar historis dan keagamaan yang mendalam, tentunya Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman tetap menjadi simbol keabadian kota Pontianak dan jejak spiritual yang harus dijaga kelestariannya.

Sumber: