Ketegangan di Selat Hormuz: Iran Menahan Kapal Tanker AS sebagai Pembalasan

Sabtu 13-01-2024,10:10 WIB
Reporter : Muhammad Arief Novrianto
Editor : Adhitya Pangestu Putra

PONTIANAKINFO.DISWAY.ID - Iran, pada Jumat, 12 Januari 2024, melakukan penahanan sebuah kapal tanker minyak di perairan lepas pantai Oman, dekat Selat Hormuz. Kapal ini diduga membawa minyak mentah dari Amerika Serikat (AS).

Tindakan penahanan tersebut diumumkan oleh Angkatan Laut Iran, yang menyatakan bahwa ini merupakan pembalasan atas "pencurian" minyak oleh AS dari kapal tanker yang sama pada tahun sebelumnya.

"Angkatan Laut Republik Islam Iran menyita sebuah kapal tanker minyak Amerika di perairan Teluk Oman sesuai dengan perintah pengadilan," kata IRNA, kantor berita resmi, mengutip AFP.

Kapal tersebut dihentikan di lepas pantai Oman setelah laporan Badan Keamanan Maritim Angkatan Laut Inggris (UKMTO) menyebutkan bahwa orang-orang bersenjata memasuki kapal St Nikolas berbendera Kepulauan Marshall yang dimiliki oleh Yunani.

Empat hingga lima penumpang tanpa identitas resmi terlihat mengenakan seragam hitam bergaya militer dengan masker hitam. Kapal kemudian mengubah arah menuju Bandar-e Jask di Iran.

Perusahaan manajemen kapal tanker Empire Navigation, yang berbasis di Yunani, mengonfirmasi bahwa komunikasi dengan kapal terputus.

Kapal ini membawa 145.000 ton minyak mentah dari Basra, Irak, dengan tujuan akhir Aliaga, Turki, melalui Terusan Suez.

AS mengecam tindakan Iran sebagai pelanggaran hukum dan mendesak pembebasan kapal beserta awaknya.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan, "Pemerintah Iran harus segera membebaskan kapal dan awaknya," menambahkan bahwa tindakan ini dapat mengganggu perdagangan internasional.

Penahanan kapal ini dianggap sebagai pembalasan atas penahanan kapal Suez Rajan oleh AS pada September 2023.

Departemen Kehakiman AS menduga bahwa minyak di kapal tanker Yunani tersebut dijual oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran ke China.

Situasi ini meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, dan jika konflik melibatkan Selat Hormuz, jalur transit utama bagi seperlima produksi minyak global, harga minyak berpotensi melonjak.

Bank Dunia telah memproyeksikan kenaikan harga hingga US$157 per barel dalam skenario tersebut, menarik perhatian internasional terhadap keadaan yang semakin tidak stabil.

Kategori :