Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan bahwa terjadi letusan gunung berapi yang diikuti oleh aliran awan panas yang mencapai laut di bagian timur laut pulau tersebut.
Ongki Kumambong, 28 tahun, seorang penduduk asli Pulau Ruang yang tinggal di lereng Gunung Ruang, menyatakan bahwa dia mengalami kesulitan tidur. Laki-laki yang bekerja sebagai guru honorer mengatakan bahwa dia enggan meninggalkan rumahnya di lereng Gunung Ruang karena sejak lahir dia telah tinggal di sana.
Ongki menyatakan berusaha menenangkan buah hatinya ketika Gunung Ruang meletus. Ongki merasa sangat sedih karena Gunung Ruang kembali meletus dan menghancurkan rumahnya, kebun, dan ternaknya. Dia merasa putus asa dan tak tahu harus bagaimana lagi.
Di samping itu, ada juga insiden hujan es dan batu kerikil yang terjadi kembali selama erupsi, bersama dengan gempa yang dirasakan.
Pernah ada kejadian serupa dengan Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 2018 dan menyebabkan 60% dari tubuh gunung tersebut tenggelam di bawah permukaan laut.
Menurut data yang dilaporkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, setelah Gunung Ruang meletus, aktivitas letusan mulai menurun.
Menurut observasi visual yang dilakukan hingga pukul 24. 00 WITA, terlihat bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ruang masih dalam tingkat yang tinggi. Asap keluar dari kawah yang terlihat sejauh 200 hingga 1. 000 meter dari puncak dan berwarna putih tebal. Gunung Ruang telah mengalami erupsi hingga pukul 04. 30 WITA, dan ada laporan bahwa alat pemantau kegempaan di Gunung Ruang (RAPS) mengalami kerusakan.
Meskipun begitu, tingkat kekuatan erupsi tidak begitu besar dengan adanya asap berwarna putih keluar dari pusat aktivitas di area kawah yang kemudian diikuti oleh erupsi berikutnya pada pukul 21:45 WITA.