Profil Luis Antonio Tagle: Sosok Rendah Hati dari Filipina yang Berpeluang jadi Paus Pertama dari Asia

Rabu 23-04-2025,14:05 WIB
Reporter : Epry Barage
Editor : Muhammad Zibi Alifiqri, S. Pd

PONTIANAKINFO.COM, Kardinal Luis Antonio Tagle, salah satu tokoh paling menonjol dalam Gereja Katolik modern, lahir di Manila, Filipina, pada 21 Juni 1957. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Ayahnya berasal dari Filipina, sementara ibunya berdarah Tionghoa, dengan leluhur yang berasal dari kawasan Tiongkok Tenggara. Latar belakang multikultural ini membentuk wawasan dan pendekatan lintas budaya yang menjadi ciri khas kepemimpinannya.

Pendidikan dasarnya ditempuh di St. Andrew’s School, Parañaque, Metro Manila. Ia kemudian melanjutkan studi filsafat di Ateneo de Manila University dan pendidikan teologi di Loyola School of Theology (LST), Quezon City. Setelah menyelesaikan pendidikan imamat di Seminari Tinggi San Jose, ia ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Imus pada 27 Februari 1982.

Antara tahun 1985 hingga 1991, Tagle menempuh studi doktoral di The Catholic University of America, Washington, D.C., Amerika Serikat. Di sana, ia mendalami eklesiologi dan menulis disertasi tentang kolegialitas episkopal dalam konteks Konsili Vatikan II, sebuah refleksi mendalam tentang kepemimpinan kolaboratif dalam Gereja.

Kiprahnya mulai mencuri perhatian internasional saat ia diangkat menjadi Uskup Agung Manila pada 2011. Setahun kemudian, ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI. Ia menjadi kardinal ketujuh dari Filipina dan yang pertama memegang posisi penting sebagai Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Jabatan ini memberinya pengaruh luas terhadap Gereja di wilayah misi seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

BACA JUGA:Paus Fransiskus dalam Pesan Terakhir: Hentikan Kekerasan, Wujudkan Perdamaian Dunia

Tagle dikenal akan gaya hidupnya yang sederhana. Selama dua dekade, ia tinggal di seminari dengan kamar sederhana tanpa AC dan televisi. Bahkan setelah menjabat uskup, ia tetap memilih menggunakan bus atau jeepney ketimbang mobil dinas. Kesederhanaannya ini sering dikaitkan dengan gaya hidup Paus Fransiskus.

Selain itu, Tagle aktif dalam Caritas Internationalis, lembaga kemanusiaan Gereja, menunjukkan komitmennya pada isu keadilan sosial dan solidaritas global. Dalam banyak pidato publiknya, ia menekankan pentingnya Gereja yang merangkul kaum marginal dan tersisih.

Pengaruh Tagle juga terasa dalam diplomasi Vatikan, khususnya dalam relasi dengan Tiongkok. Dengan latar belakang Tionghoa, ia dipercaya menjadi jembatan penting dalam pembicaraan sensitif mengenai penunjukan uskup di Tiongkok, sebuah isu strategis dalam kebijakan luar negeri Vatikan.

Kini, di tengah berlangsungnya konklaf untuk memilih pengganti Paus Fransiskus, nama Tagle disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat. Ia dianggap memiliki perpaduan unik antara teologi mendalam, empati pastoral, dan pemahaman global yang sangat dibutuhkan Gereja saat ini.

BACA JUGA:Keakraban Nasaruddin Umar dan Paus Fransiskus Jadi Teladan Keberagaman

Meskipun usianya masih relatif muda untuk seorang paus (67 tahun), peluangnya tetap besar. Jika terpilih, Tagle akan mencatat sejarah sebagai paus pertama dari Asia dan keturunan Tionghoa sebuah simbol kuat dari wajah Gereja Katolik yang makin beragam dan global.

Kategori :