Rentcar MaC
Mau iklan?

Penganiayaan pada Penyintas Masih Terus Menggema, Korban Masih Menunggu Keadilan Tragedi Mei 1998

Penganiayaan pada Penyintas Masih Terus Menggema, Korban Masih Menunggu Keadilan Tragedi Mei 1998

--

 

Mendampingi para korban kekerasan dalam peristiwa Mei 98, terutama Fransisca, telah mengubah kehidupan Ita Fatia Nadia sepenuhnya.

 

Ita Martadinata, seorang relawan tewas secara tragis dalam kejadian yang belum terungkap dengan jelas. Pada usianya yang 20 tahun, Ita seharusnya akan berangkat ke Amerika bersama ibunya dan empat korban lainnya untuk memberikan kesaksiannya kepada Kongres Amerika mengenai tragedi tersebut.

 

Berdasarkan laporan dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengenai peristiwa 13-15 Mei 1998, yang dibentuk setelah beberapa bulan peristiwa tersebut terjadi, meskipun tidak semua korban kekerasan berasal dari etnis China, namun mayoritas kasus kekerasan seksual selama kerusuhan Mei 1998 dialami oleh perempuan etnis China. Korban kekerasan seksual ini juga terjadi di berbagai lapisan masyarakat.

 

Pada tanggal 3 Juli 1998, 168 orang telah melaporkan menjadi korban perkosaan dan pelecehan seksual massal. Berdasarkan data tersebut, tim verifikasi menemukan bahwa ada 85 perempuan yang menjadi korban kekerasan.

 

Terdapat 52 kasus pemerkosaan, 14 kasus pemerkosaan dengan penganiayaan, 10 kasus penyerangan/penganiayaan seksual, dan sembilan kasus pelecehan seksual.

 

Pada tanggal 14 Mei 1998, Siska dan teman kuliahnya, Erna - bukan nama sebenarnya - diseret ke dalam mobil oleh empat pria ketika mereka sedang menunggu bus di sekitar Jembatan Slipi, Jakarta Barat.

 

Setelah tiba di Singapura, Siska harus dirawat di rumah sakit dan menjalani operasi dua kali. Selama dua tahun setelah peristiwa Mei 1998, dia tinggal di negara tersebut dan mengikuti proses penyembuhan.

 

Sumber: disway kalbar