Mengundurkan Diri Setelah 20 Tahun PM Singapura, Diganti Lawrence Wong Mantan Mentri Keuangan
--
Setelah dua puluh tahun berkuasa sebagai pemimpin Singapura, Lee berhasil mencapai pencapaian yang luar biasa. Dibawah pimpinannya, pertumbuhan ekonomi Singapura meningkat. Pulau tersebut juga merupakan pusat keuangan global dan salah satu destinasi wisata utama di dunia. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita telah melebihi dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Pemerintahan Lee juga dianggap memiliki kemampuan yang baik dalam membimbing negaranya melalui beberapa periode resesi, krisis keuangan global, dan pandemi Covid.
Dibawah arahan Lee Hsien Loong, pertumbuhan ekonomi Singapura meningkat. Pulau tersebut juga menjadi pusat keuangan global dan salah satu tempat tujuan wisata terkemuka di dunia.
Dalam urusan geopolitik global, Lee secara cermat menjaga keseimbangan hubungan Singapura dengan Amerika Serikat dan Tiongkok di tengah persaingan yang semakin sengit antara kedua negara besar tersebut untuk memperoleh dukungan di wilayah Asia.
Pada akhirnya, pemerintahan tersebut mencabut undang-undang kontroversial yang melarang seks gay setelah ditekan oleh kelompok homoseksual selama bertahun-tahun. Meskipun begitu, kebebasan berbicara masih sangat terbatas di negara tersebut.
Dengan latar belakang politik dan reputasi akademiknya, secara umum Lee sangat populer di kalangan penduduk Singapura. Ia secara konsisten menduduki posisi teratas dalam survei popularitas politisi di Singapura dan selalu mendapatkan dukungan yang tinggi dari penduduknya dalam setiap pemilu.
Keputusan Singapura pada akhir tahun 2000-an untuk menerima imigran dalam jumlah besar sebagai solusi atas kekurangan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang besar. Dengan meningkatnya kemakmuran Singapura, kesenjangan sosial semakin terlihat dan kesenjangan pendapatan semakin luas. Dibawah arahan Lee, PAP meraih jumlah suara yang paling sedikit pada tahun 2011 dan sekali lagi pada tahun 2020.
Sudhir Vadaketh, seorang ahli politik, menyatakan bahwa pemerintahan Lee "benar-benar tidak bersiap untuk menanggapi tingginya jumlah imigrasi yang mereka anggap penting untuk menjadikan kota tersebut sebagai pusat global".
Menurut survei, semakin banyak penduduk Singapura yang menyadari bahwa rasisme merupakan sebuah permasalahan yang semakin memburuk selama pandemi.
Sumber: disway kalbar