Bukan Cinta yang Menyiksa, Tapi Harapan yang Memenjarakan: Menyelami Tiga Level Hubungan Manusia
Refleksi di Era Modern: Cinta, Ego, dan Teknologi
Zaman modern menghadirkan paradoks besar dalam hubungan. Kita terhubung lebih dari sebelumnya, namun merasa lebih kesepian. Banyak pasangan “bersama” secara fisik, tapi terpisah secara emosional karena interaksi mereka dimediasi layar.
Dalam ekosistem ini, ego menemukan lahan subur. Ia menuntut validasi instan, membandingkan, menilai, dan menciptakan narasi bahwa cinta harus tampak “ideal”. Padahal, cinta sejati tidak perlu dipamerkan—ia hanya perlu dihidupi.
Psikologi transpersonal melihat ini sebagai krisis identitas spiritual: manusia kehilangan rasa kesatuan dengan dirinya sendiri. Ketika diri terpecah antara persona digital dan realitas batin, cinta pun terdistorsi menjadi performa sosial.
Kasih tanpa pamrih menjadi semakin langka karena kita lupa satu hal mendasar: Cinta sejati tidak membutuhkan penonton.
Menemukan Kembali Keutuhan Diri
Dalam pandangan Dr. Daniel, penyembuhan hubungan dimulai dari penyembuhan diri. “Kita tidak bisa mencintai dengan bebas jika diri masih terpenjara oleh ekspektasi,” ujarnya.
Ia mengutip prinsip kesadaran non-dualistik: “Penderitaan adalah tanda bahwa kita lupa siapa diri kita sebenarnya—kesadaran yang utuh dan lengkap.”
Dengan menyadari keutuhan ini, seseorang tidak lagi mencari cinta di luar dirinya, karena ia telah menjadi sumber cinta itu sendiri. Hubungan dengan orang lain kemudian bukan lagi arena transaksi, melainkan ruang ekspresi kebahagiaan batin.
Penutup: Cinta yang Membebaskan
Akhirnya, Dr. Daniel menutup wawancara dengan satu kalimat yang meringkas seluruh gagasannya:
“Begitu harapan dilepaskan, penderitaan pun hilang. Yang tersisa hanyalah Kasih.”
Kita diajak untuk meninjau ulang konsep cinta yang selama ini kita anut—apakah ia benar-benar murni, atau masih beraroma nafsu dan harapan tersembunyi.
Di dunia yang terus menuntut kita untuk mendapatkan lebih banyak, barangkali langkah paling revolusioner justru adalah melepaskan. Melepaskan harapan, melepaskan kontrak sosial, dan membiarkan cinta kembali ke bentuk aslinya: Kasih yang bebas, lembut, dan penuh kebahagiaan.
Jika Anda butuh konsultasi dan terapi untuk keluarga Anda silahkan hubungi Dr Daniel Suwandi, Ph.D di :
Sumber:

