Iklan pemberitaan
Rentcar MaC

Bukan Cinta yang Menyiksa, Tapi Harapan yang Memenjarakan: Menyelami Tiga Level Hubungan Manusia

Bukan Cinta yang Menyiksa, Tapi Harapan yang Memenjarakan: Menyelami Tiga Level Hubungan Manusia

Dalam kacamata psikologi transpersonal, penderitaan ini adalah akibat dari keterikatan ego. Ego menciptakan dualitas: aku dan kamu, memberi dan menerima, cinta dan penolakan. Padahal, kesadaran sejati tidak memisahkan. Ia melihat cinta sebagai energi yang mengalir tanpa arah, tanpa tuntutan.

Fenomena ini kini semakin relevan di tengah meningkatnya krisis kesehatan mental dan relasi digital. Aplikasi kencan, algoritma “like”, dan budaya instan membuat kita semakin sulit membedakan antara kasih dan kebutuhan validasi. Kita bukan lagi mencintai orang, tapi mencintai sensasi dicintai.

Membatalkan Kontrak Sosial: Jalan Menuju Kebebasan Batin

“Tidak ada cinta yang menyakitkan,” ulang Dr. Daniel dalam wawancara itu. “Yang menyakitkan adalah gagal memenuhi harapan yang kita ciptakan sendiri.”

Ia mengajak kita untuk membatalkan kontrak sosial batin itu—kontrak yang membuat kita percaya bahwa kebahagiaan tergantung pada tindakan orang lain.

Ini sejalan dengan ajaran kesadaran Timur seperti Advaita Vedanta atau Zen Buddhism, yang melihat penderitaan sebagai hasil ilusi dualitas. Dalam kesadaran non-dualistik, tidak ada ‘aku yang mencintai’ dan ‘kamu yang dicintai’; yang ada hanyalah energi kasih yang mengalir.

Dr. Daniel menyebut proses ini sebagai “deconditioning”—membongkar syarat yang kita tempelkan pada kebahagiaan. “Begitu kita berhenti menawar, cinta menjadi bebas,” katanya.

Praktik Membebaskan Diri: Dari Cinta Bersyarat ke Kasih Tanpa Pamrih

Untuk bertransisi dari cinta yang bersyarat menuju kasih yang tanpa pamrih, Dr. Daniel menyarankan latihan sederhana namun mendalam.

1. Observasi Ekspektasi

Setiap kali Anda merasa tersinggung, kecewa, atau terluka oleh pasangan, berhentilah sejenak. Tanyakan pada diri sendiri: “Janji tak tertulis apa yang baru saja saya yakini telah dilanggar?” Kesadaran ini membantu Anda memisahkan tindakan pasangan dari konstruksi mental Anda sendiri.

2. Kepemilikan Emosi

Akui bahwa rasa sakit bukan disebabkan oleh pasangan, melainkan oleh reaksi Anda terhadap harapan yang gagal. Ini adalah bentuk radical responsibility—menerima bahwa sumber penderitaan ada di dalam, bukan di luar.

3. Latihan Kasih Tanpa Balasan

Mulailah dengan tindakan kecil: memberi tanpa pamrih. Berikan pujian, bantu orang lain, atau ucapkan terima kasih tanpa menunggu reaksi. Rasakan kebahagiaan yang muncul hanya karena memberi itu sendiri. Seiring waktu, kebahagiaan ini menjadi alami—seperti matahari yang bersinar tanpa niat.

Sumber: