Cerita Khatulistiwa: Pesta Literasi Indonesia 2025 Hadirkan Ruang Perjumpaan di Pontianak

M. Aan Mansyur, Cicilia Oday, Adi Ekatama, dan Abroorza Ahmad Yusra dalam kegiatan Pesta Literasi-Gramedia-dokumen istimewa
PONTIANAKINFO.COM, PONTIANAK - Rumah Radakng, Pontianak, menjadi saksi hadirnya Pesta Literasi Indonesia 2025 yang mengusung tema “Cerita Khatulistiwa.” Agenda tahunan ini menghadirkan ruang perjumpaan antara sastra, musik, komunitas, dan masyarakat luas melalui rangkaian diskusi panel, pemutaran film pendek, hingga pertunjukan seni.
Sejumlah penulis dan figur literasi turut hadir, di antaranya M. Aan Mansyur, Cicilia Oday, Adi Ekatama, dan Abroorza Ahmad Yusra. Diskusi dipandu oleh Afiyah Sephi Marshanda dengan suasana interaktif, membuka ruang refleksi tentang pengalaman menulis, realitas sosial, dan peran literasi dalam membentuk kesadaran masyarakat.
BACA JUGA:Pesta Literasi Indonesia 2025 Hadir di Pontianak: Ruang Bertemu Sastra, Musik, dan Komunitas
Direktur Publishing & Education Gramedia, Adi Ekatama, menyampaikan bahwa Pesta Literasi tahun ini telah digelar di 13 kota di berbagai pulau besar Indonesia.
"Sekarang kita ada di 13 kota, itu di semua pulau ada di antaranya Papua, Jawa, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Dibuka di Bogor dan ditutup di Pontianak ini. Dari Gramedia terbuka kepada banyak pihak, baik itu penulis, pembaca, dan komunitas. Kami pun juga terbuka bagi teman-teman yang ingin berkolaborasi,” ungkapnya.
BACA JUGA:Gramedia Pontianak, Toko Buku Terbesar di Ayani Mega Mall
Penulis M. Aan Mansyur menyoroti apresiasi masyarakat Pontianak terhadap kegiatan literasi. Ia menganggap kehadiran pengunjung di acara ini sebagai tanda pentingnya budaya baca di tengah gempuran hiburan digital.
“Ada banyak hal yang bisa dilakukan di akhir pekan tapi malah datang ke acara seperti ini bagi saya sesuatu yang besar. Ini juga menunjukkan bahwa hal baca tulis ini adalah sesuatu yang penting dan vital,” ujarnya.
Sementara itu, penulis Cicilia Oday menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dan sekolah dalam menumbuhkan minat baca anak. “Orang tua disarankan menyediakan bahan baca yang menghibur untuk anak agar memancing minat baca dari anak-anak. Sistem sekolah juga perlu menyediakan buku-buku yang menyenangkan karena perlu bagi guru-guru untuk membuat siswa membaca ketimbang mencatat,” jelasnya.
Ia juga mengkritisi kebiasaan belajar yang kini bergeser akibat perkembangan teknologi.
“Memprihatinkan sekarang anak-anak ketika disuruh mencatat malah memfoto kemudian akan disalin di rumah. Alih-alih menyuruh membaca, padahal membaca membentuk cara mereka berpikir lebih terstruktur dan membantu mereka mengemukakan pendapat, dan itu yang terpenting,” tutupnya.
Sumber: