Iklan pemberitaan
Rentcar MaC

Tingkatkan Kesadaran Publik, KEHATI Rilis Buku Putih Advokasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Tingkatkan Kesadaran Publik, KEHATI Rilis Buku Putih Advokasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

--

“Kebijakan dibuat minim partisipasi publik yang memadai, lebih didorong kepentingan oligarki dan korporasi, serta minimnya akuntabilitas. Pembangunan berkelanjutan dan transisi hijau sering menjadi tagline, tapi perlu komitmen keberlanjutan realisasi,” katanya.

Oleh sebab itu, katanya, di sinilah advokasi masyarakat sipil mengambil peran penting karena hadir sebagai jalan untuk “melawan ketidakseimbangan” dalam proses pembuatan kebijakan publik.

“Sebagai pengawal keseimbangan dan sekaligus pengingat bahwa pembangunan sejati tak bisa lepas dari keberlanjutan ekologi. Advokasi menjadi suara bagi yang tak terdengar—alam, masyarakat adat, dan generasi masa depan,” kata Muhamad.

Temuan dan Upaya KEHATI

●     Riset KEHATI bersama Semeru Institute, 2024 menemukan gerakan advokasi menghadapi kendala internal: keterbatasan sumber daya, lemahnya koordinasi, dan sumber dana umumnya tergantung donor luar negeri.

●     Data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN mencatat, 2019-2024, ada 2,57 juta hektare wilayah adat dirampas, kerap disertai kriminalisasi.

●     Kesadaran global akan krisis lingkungan juga meningkat pesat. Aksi protes global juga melonjak, lebih dari 4.500 demonstrasi di 150 negara pada 2019.

●     Sejak 2014, KEHATI menginisiasi Biodiversity Warriors, gerakan kaum muda yang kini memiliki lebih dari 7.000 anggota di seluruh Indonesia.

●     KEHATI mendorong kebijakan pengelolaan sumber daya alam dalam 2 dekade terakhir bersama mitra: akademisi, masyarakat sipil, hingga generasi muda.

●     Advokasi meluas ke sektor keuangan dengan merilis Indeks SRI-KEHATI pada 2009, mendorong investasi berkelanjutan, atasi pendanaan dalam advokasi.

Muhamad menegaskan bahwa peran masyarakat sipil vital dalam mendorong kebijakan berbasis bukti, melindungi lingkungan, mencegah korupsi, serta memastikan suara masyarakat lokal dan adat ikut didengar. Meski penuh tantangan, gerakan ini adalah harapan bagi masa depan bumi.

“Advokasi harus berfungsi sebagai alat membangun akuntabilitas dan transparansi. Advokasi organisasi sipil juga harus memperkuat suara masyarakat lemah, dan memastikan mereka didengar,” katanya.

Sayangnya, advokasi bukan jalan mudah bagi para pembela lingkungan, seperti aktivis, jurnalis, dan masyarakat adat, yang kerap menghadapi represi. Walhi mencatat, 1.131 orang menjadi korban kekerasan dan kriminalisasi karena membela lingkungan pada periode 2014-2024.

“Melawan ketidakseimbangan berarti menjaga bumi bagi generasi mendatang. Jalan panjang advokasi ini adalah panggilan kita semua. Semua pihak harus bergandengan tangan memastikan anak cucu kita mewarisi bumi yang lestari, adil, dan layak huni untuk semua. Advokasi adalah jalan panjang, namun bukan tidak mungkin.”

Tentang KEHATI Foundation

Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim. Selama lebih dari dua dekade, Yayasan KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.500 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantrofi, crowd funding, dan endowment fund. Terdapat 6 pilar pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, pertanian, kelautan, perubahan iklim dan circular, sustainable investment dan Biodiversity Warriors. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera dan Kalimantan, Blue Abadi Fund (BAF), Ananta Fund, dan Program Solutions for Integrated Land-and Seascape Management in Indonesia (SOLUSI). Yayasan KEHATI merupakan pionir investasi ESG di pasar modal Indonesia. Bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia, KEHATI mengembangkan indeks saham berbasis ESG, yaitu: Indeks saham SRI-KEHATI, ESG Quality 45 IDX KEHATI, dan ESG Sector Leaders IDX KEHATI. Visi Alam Lestari Untuk Manusia Kini dan Masa Depan Anak Negeri. 
Press release ini juga sudah tayang di VRITIMES.

Sumber: