Jakarta — Di atas bentangan alam yang memesona, Kashmir menyimpan kisah luka dan kehilangan yang tak terucapkan. Bukan dari medan perang militer, tetapi dari tragedi yang menimpa warga sipil yang datang hanya untuk mencari kedamaian. Ketika kekerasan bersenjata menjadi bagian dari lanskap harian, siapa pun bisa menjadi korban—bahkan mereka yang tak tahu-menahu soal konflik.
Neeraj Udhwani: Liburan yang Berubah Menjadi Tragedi Neeraj Udhwani (33), hanya ingin menikmati waktu bersama istrinya. Mereka datang ke Kashmir setelah menghadiri pernikahan, berharap menutup momen bahagia dengan liburan singkat. Namun, dentuman senjata merenggut segalanya. Aarushi, istrinya, menemukan Neeraj sudah tak bernyawa. Dalam sekejap, harapan berubah menjadi duka, dan kini keluarganya hanya menuntut satu hal: keadilan. Sanjay Lele dan Dua Sepupu: Satu Liburan, Tiga Korban Bersama dua sepupunya dan keluarga mereka, Sanjay Lele hanya ingin melepas penat dalam kebersamaan. Tapi ketenangan itu hancur di hadapan anak dan istrinya sendiri. Ia ditembak di kepala, sepupunya Atul di perut, dan Hemant di dada. Ketiganya tewas seketika. Mereka tidak salah apa-apa—tidak lebih dari menjadi turis yang ingin menikmati keindahan Kashmir. Tetapi dalam konflik ini, bahkan kenormalan pun bisa menjadi hal yang fatal. Shailesh Himmat Kalathiya: Surga yang Berubah Menjadi Duka Pahalgam, salah satu destinasi terindah di Kashmir, menjadi saksi bisu tragedi lain. Shailesh Himmat Kalathiya datang bersama istri dan dua anaknya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-46. Mereka datang sebagai keluarga berempat. Namun, pulang hanya bertiga. Di antara kabut dan pegunungan, dentuman senjata menorehkan duka yang tak akan pernah hilang dari ingatan keluarganya. Kemanusiaan yang Hilang dalam Senyap Cerita-cerita ini bukan tentang statistik atau berita singkat. Mereka adalah manusia—suami, ayah, saudara—yang hidupnya direnggut oleh kekerasan yang tak mereka pahami, apalagi pilih. Kekerasan yang tidak membedakan antara pejuang dan pendatang, antara militan dan pelancong. Warga sipil di Kashmir, baik penduduk asli maupun tamu sementara, terus menjadi korban dalam pusaran konflik bersenjata dan aksi terorisme. Mereka dibungkam oleh peluru, bukan karena kesalahan, tetapi karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Lebih tragis lagi, banyak dari mereka yang meninggal tidak dikenang sebagai pribadi, melainkan sebagai bagian dari peristiwa. Nama-nama mereka hanya disebut dalam laporan media sesaat, lalu dilupakan. Padahal di balik setiap nama ada keluarga yang menanti, anak-anak yang kehilangan ayah, pasangan hidup yang kehilangan sandaran, dan orang tua yang menanggung duka abadi. Setiap nyawa yang hilang bukan sekadar kehilangan satu manusia, tapi kehilangan ratusan potensi cerita, harapan, dan cinta yang tak sempat tumbuh. Ketika kekerasan menjadi hal biasa, maka kita perlahan kehilangan kemanusiaan kita sendiri. Saatnya Menempatkan Kemanusiaan di Atas Segalanya Konflik Kashmir terlalu lama didominasi oleh narasi politik, agama, dan kekuasaan. Tapi narasi-narasi itu tidak bisa mengembalikan Neeraj kepada istrinya, tidak bisa menghapus trauma dari mata anak Sanjay, dan tidak bisa mengisi kekosongan di keluarga Shailesh. Kita harus bertanya: sampai kapan kekerasan ini akan terus dianggap sebagai dampak sampingan dari konflik? Sampai kapan warga sipil dijadikan collateral damage dari perang yang tidak mereka pilih? Dunia harus mendengar, tidak dari para jenderal atau diplomat, tapi dari keluarga yang kehilangan, dari anak-anak yang tak bisa memahami kenapa ayah mereka tidak pulang, dari ibu-ibu yang menggenggam foto usang sambil berharap keajaiban yang tak kunjung datang. Kashmir tidak hanya membutuhkan solusi politik. Ia butuh keadilan untuk mereka yang telah pergi, dan ruang aman bagi mereka yang masih tinggal. Dan yang paling penting, ia butuh kita semua—untuk tidak membisu saat kemanusiaan dikoyak dalam senyap. Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMESKashmir: Lembah Indah yang Mengisahkan Luka Warga Sipil
Jumat 09-05-2025,08:28 WIB
Reporter : Vritimes.com
Editor : Vritimes.com
Kategori :
Terkait
Jumat 09-05-2025,08:28 WIB
Kashmir: Lembah Indah yang Mengisahkan Luka Warga Sipil
Minggu 23-03-2025,20:43 WIB
Kunjungan Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Indonesia ke India
Kamis 06-03-2025,03:20 WIB
Pemutaran Film “RRR” di Kedutaan Besar India Jakarta: Pujian, Penghargaan, dan Perayaan Bahasa Telugu
Jumat 31-01-2025,13:54 WIB
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto Telah Tiba di India
Terpopuler
Jumat 09-05-2025,14:00 WIB
AI vs Manual Forecasting: Mana yang Lebih Efektif untuk Perencanaan Keuangan?
Jumat 09-05-2025,11:13 WIB
Libur Panjang Waisak, KAI Daop 8 Surabaya Tambah Perjalanan KA dari Stasiun Malang
Jumat 09-05-2025,16:08 WIB
Pemkot Pontianak Konsisten Jalankan Program Selaras RPJMD 2025-2029
Jumat 09-05-2025,10:27 WIB
Produk UMKM Pontianak Sukses Curi Perhatian di Indonesia City Expo Surabaya 2025
Jumat 09-05-2025,08:28 WIB
Sulitnya Cari Food Tray untuk Program Makan Bergizi Gratis: Calo Tak Bermodal Bikin Harga Tak Masuk Akal
Terkini
Jumat 09-05-2025,21:04 WIB
Mengenal Siapa Paus Leo XIV: Paus Pertama dari Amerika Serikat
Jumat 09-05-2025,20:07 WIB
Perkuat Identitas, Borneo Hotel Pontianak Luncurkan Brand Culture Baru
Jumat 09-05-2025,17:23 WIB
AnyMind Group Raih Sertifikasi Shopee Enabler di Indonesia
Jumat 09-05-2025,16:34 WIB
MAXY Academy Gelar Kelas Gratis: Bongkar Cara Brand Besar Atur Konten Pakai AI Tools
Jumat 09-05-2025,16:08 WIB