Dulunya Kawasan Kumuh, Kini Kampung Caping Jadi Destinasi Wisata Tepian Kapuas
Pembukaan Kegiatan Volunteer di Rumah Cagar Budaya Kampung Caping Tepian Sungai Kapuas--Mala abnur
PONTIANAKINFO.DISWAY.ID, PONTIANAK - Caping atau Tudong merupakan tutup kepala yang digunakan oleh petani maupun nelayan.
Di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, terdapat tempat yang menjadi sentra dalam pembuatan topi caping. Sebagian orang banyak yang menyebutnya sebagai Kampung Caping.
Bukan karena tidak ada sebab mengapa disebut seperti itu, hal itu disebabkan warganya sebagian besar berprofesi sebagai pembuat topi caping.
Kampung Wisata Caping merupakan penamaan baru untuk daerah tersebut.
Sebenarnya, kawasan ini terdiri dari Kampung Mendawai dan Kampung Bangka yang digabungkan. Lokasinya berada di tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Bansir Laut Kecamatan Pontianak Tenggara. Letaknya pun sangat strategis berada tepat di tengah kota.
Dengan posisi kampung di pinggir Sungai Kapuas dan menghadap Jembatan Kapuas juga menawarkan pemandangan yang menawan. Ditambah lagi sejarah kampung ini yang dikenal sebagai pusatnya kreativitas.
Namun dengan terbentuknya Kampung Wisata ini, proses membuat caping menjadi ikon atraksi wisata di sini. Turis dan pengunjung juga langsung diajari untuk membuat caping dan boleh membawa pulang hasil karya yang telah dibuatnya.
“Jadi kita membangun kampung caping ini dengan tujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat yang bermukim di daerah ini,” ujar aktivitas lingkungan dan UMKM, Beny Than Heri yang dijumpai pada kegiatan volunteer Kampung Caping, Rabu (24/7/2024).
Dahulunya oleh Pemerintah Kota kampung ini termasuk salah satu kawasan kumuh ditepian sungai Kapuas yang kondisi persampahan bisa dilihat cukup memprihatinkan.
arakteristik dari sampah yang ada di wilayah ini, selain hasil buangan sampah domestik juga sampah kiriman yaitu sampah yang terbawa hanyut oleh aliran sungai Kapuas.
Di Kampung Wisata Caping Pontianak juga terdapat Rumah yang dulunya milik Hajah Salmah, tokoh di sini yang dibangun tahun 1918.
Namun karena tidak ada pewaris yang meninggalinya, bangunannya pun hampir roboh dimakan usia sehingga dialih fungsikan menjadi Cagar Budaya yang telah berumur lebih dari 1 abad.
Rumah yang memiliki arsitektur yang unik dan khas melayu ini kemudian dibangun ulang oleh Pemkot Pontianak pada tahun 2021 dan kemudian dijadikan cagar budaya, rumah ini juga menjadi pusat aktivitas seni, budaya, olahraga, atau kreativitas apapun di sana. Ada pula perpustakaan milik kampung di dalamnya.
Tak heran jika Kampung Caping langsung melaju pesat. Bisa dikatakan dalam tempo singkat, Kampung Caping dapat memperoleh berbagai penghargaan lokal hingga nasional.
Misalnya juara 1 lomba Perpustakaan Nasional dari Perpusnas tahun 2021, juara 1 lomba cipta lagu, smart branding dari Kemenkominfo, dan juara 1 komunitas pecinta sungai. Tiga orang pemuda dari kampung caping juga pernah terpilih menyandang gelar Pemuda Pelopor dari Pemkot.
Menurut Beny, ia menilai jika kreativitas masyarakat disini harus terus diasah dan dibimbing untuk berkembang lebih dari sebelumnya.
Setelah melakukan pembangunan pada tepi sungai, ia berharap nantinya akan disusul melakukan pembenahan pada teras depan Rumah Budaya dengan menata lingkungan sekitarnya, termasuk membangun dermaga untuk kapal wisata bersandar yang akan menjadi transportasi menyusuri Sungai Kapuas.
Sumber: pontianakinfo.disway.id