Backlink
Rentcar MaC

Iklan "Negatif", Bisa Jadi Penjualan Positif? Ini Namanya Strategi Anti-Marketing

Iklan

--

Strategi ini menuntut pemahaman konteks yang sangat dalam. Salah menyampaikan ironi justru bisa membuat pesanmu tampak sinis atau malah merusak citra brand.

Kalau brand belum punya kepercayaan pasar yang kuat, gaya blak-blakan ini justru bisa terlihat seperti keputusasaan.

Terlebih lagi jika nada komunikasimu tidak konsisten di semua saluran—misalnya kampanye di media sosial sangat santai, tapi konten website terlalu formal.

Oleh karena itu, strategi ini bukan sekadar “gaya bicara sesaat”, tapi bagian dari filosofi komunikasi brand secara menyeluruh.

Kalau kamu ingin menerapkan strategi ini tapi belum punya tim kreatif internal, kerja saja dengan freelancer berpengalaman di Sribu.

Mulai dari kebutuhan copywriter, hingga content strategist, kamu akan bisa menemukan bantuan profesional untuk merancang pesan anti-marketing yang berani, cerdas, tapi tetap aman.

Siapa yang Cocok Menggunakan Anti-Marketing?

Jika bisnismu memenuhi beberapa kriteria di bawah, strategi ini mungkin bisa jadi sebuah senjata ampuh:

1. Audiens kritis dan skeptis: Cocok untuk generasi Z dan milenial yang sudah terlalu sering melihat iklan dan cenderung “kebal” terhadap konten promosi.

2. Brand sudah punya identitas: Kalau brand kamu masih baru dan belum dikenal oleh kalangan luas, pendekatan ini bisa lebih mudah menghasilkan salah paham.

3. Kamu bermain di industri penuh persaingan seragam: Anti-marketing akan membuat brand kamu tampil beda di tengah lautan promosi yang mirip.

4. Produkmu dari kategori lifestyle atau hiburan: Industri fashion, makanan ringan, hingga kosmetik punya ruang kreatif yang lebih luas untuk gaya komunikasi nyeleneh.

5. Tim paham psikologi dan budaya digital target: Ini krusial. Tanpa pemahaman yang mendalam, niat "lucu" justru bisa berubah jadi blunder.

Kesimpulan

Strategi anti-marketing bukan tentang sengaja tampil jelek atau melawan arus tren tanpa alasan.

Metode ini adalah sebuah seni bercerita jujur, menyentuh sisi manusiawi, dan membangun hubungan emosional dengan audiens yang sudah capek dengan dunia iklan penuh basa-basi.

Jika disusun secara tepat, strategi ini bisa memperkuat kepercayaan dan menciptakan loyalitas jangka panjang.

Sumber: vritimes.com