"Enak ya, kalau nanti bisa pensiun muda dan tetap hidup nyaman dari hasil kontrakan." Kalimat ini sering muncul di obrolan anak muda saat membahas masa depan finansial. Apalagi di tengah tren soft quitting, freelance lifestyle, dan keinginan hidup lebih fleksibel tanpa harus ngantor terus-menerus.
Memiliki kontrakan atau kos-kosan sebagai sumber passive income masih jadi impian klasik banyak generasi muda Indonesia. Namun, dengan harga properti yang makin mahal dan biaya hidup yang terus naik, apakah impian ini masih masuk akal?
Kamu masih bisa melakukannya asal strategi dan ekspektasinya disesuaikan. Salah satu langkah cerdas yang bisa mempercepat jalan menuju impian ini adalah mengandalkan reksa dana sebagai akselerator modal awal.
Punya kontrakan dianggap sebagai sumber pendapatan pasif idea karena beberapa hal di bawah ini:
1. Cash flow rutin
Gaji pasif dari uang sewa yang datang setiap bulan.
2. Aset nyata
Nilainya cenderung naik seiring waktu.
3. Bisa diwariskan
Properti dapat menjadi warisan untuk keluarga.
Namun, masalah utama tetap sama, yaitu modal awal. Bahkan untuk rumah mungil pinggir kota, uang muka bisa mencapai ratusan juta. Di sinilah banyak orang mentok.
Mengumpulkan DP Properti dengan Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana bisa jadi strategi yang lebih realistis untuk anak muda yang mau beli properti di usia 30–40-an.
1. Gunakan Reksa Dana
Untuk target jangka menengah (3–10 tahun), reksa dana pasar uang bisa memberikan potensi imbal hasil lebih dibanding tabungan biasa atau deposito.
Contoh: Target DP kontrakan Rp300 juta dalam 5–7 tahun. Menabung Rp3 juta per bulan di rekening biasa mungkin tidak cukup. Tapi jika kamu investasikan secara rutin ke reksa dana dengan rata-rata imbal hasil 8–10% per tahun, target ini jadi lebih mungkin tercapai.