PONTIANAKINFO.COM - Pada Minggu, 27 April 2025, umat Katolik berkumpul di Katedral untuk mengikuti Misa Requiem mengenang wafatnya Paus Fransiskus. Misa yang berlangsung khidmat ini dipimpin langsung oleh Mgr. Agustinus.
Dalam homilinya, Mgr. Agustinus membagikan kenangan pribadinya tentang momen istimewa bersama Paus Fransiskus. Ia mengisahkan pengalaman menerima pallium — lambang tugas gembala — langsung dari tangan Paus. Ia juga menceritakan bagaimana pada suatu kesempatan, ia berkesempatan makan satu meja dengan Paus Fransiskus, sebuah pengalaman yang begitu membekas di hatinya. Selain itu, ia mengenang masa ketika dirinya diangkat sebagai administrator, sebuah peristiwa penting dalam perjalanan pelayanannya, yang turut mendapat perhatian dan doa dari Paus Fransiskus.
Dalam homilinya, Mgr. Agustinus membagikan pengalaman-pengalaman pribadi yang penuh makna dalam hubungannya dengan para Paus, yang menjadi kekuatan dalam perjalanan imannya.
Beliau mengenang, setelah menyelesaikan studi di Amerika, ia sempat tinggal selama satu bulan di Roma, tepatnya di Generalat Pasionis — tempat komunitas yang telah membesarkannya hingga menjadi imam. Salah satu momen luar biasa yang beliau alami adalah ketika diperkenankan makan satu meja dengan Paus Yohanes Paulus II, dalam kesempatan pemberkatan kapel General Pasionis.
Salah satu momen yang paling berkesan dalam hidup saya adalah ketika saya menerima palium langsung dari tangan Paus Fransiskus pada Pesta Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni 2014. Ia adalah satu di antara 24 Uskup Agung dari seluruh dunia yang secara langsung menerima pallium di hadapan ratusan Uskup dan Kardinal.
"Di sakristi, saya bahkan berkesempatan untuk sedikit berbincang dengan Paus dan berfoto bersama — sesuatu yang sangat jarang bisa dialami oleh seorang uskup," kisahnya.
BACA JUGA:Deretan Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus dan Dinamika Pemilihannya
Momen tersebut tidak hanya menandai sebuah kehormatan dalam struktur Gereja Katolik, tetapi juga mempertegas komitmen beliau untuk melayani umat dengan ketulusan dan integritas. Melalui kesaksian yang disampaikan, tampak jelas bahwa setiap penghargaan dalam Gereja selalu diiringi dengan tanggung jawab besar, kerendahan hati, serta semangat pengabdian yang tak kenal lelah.
Pengalaman ini menjadi refleksi bahwa tugas penggembalaan tidak hanya tentang simbol atau gelar, melainkan tentang ketekunan menghadirkan kasih dan harapan bagi umat di setiap langkah pelayanan.